 |
| Delegasi IBRAF 2017, (foto: ist/hms) |
Dalam forum IBRAF atau International Broadcasting Regulatory Authorities Forum yang dihadiri oleh para regulator penyiaran dari 36 Negara OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan 10 Negara pemantau ini, membahas tentang persoalan konvergensi media dan teknologi siaran serta mengupas konsep dan pelaksanaan alih teknologi media dunia.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) didaulat memberikan sambutan selamat datang pada forum yang juga dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Ahmad Zahid Hamidi dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Dalam sambutannya Aher mengarapkan, forum penyiaran internasional ini dapat menghadirkan sebuah keputusan yang mampu mnghadirkan media penyiaran ke arah yang lebih baik.
"Saya sangat setuju kalau pertemuan ini menghadirkan sebuah komitmen untuk menghadirkan media penyiaran yang baik," ujar Aher.
Aher juga menyinggung tentang fenomena hoax yang kini tengah marak terjadi. Menurutnya, perlu adanya regulasi khusus yang mengawasi informasi terutama dari media sosial. Regulasi ini mengatur tentang batasan dan aturan serta sanksi hukum yang jelas bagi pembuat berita bohong.
"Kalau media mainstream kan sudah ada pengawasnya seperti Dewan Pers dan KPI, tapi kalau medsos yang semua orang bisa menggunakan perlu ada regulasi yang mengatur supaya tidak bebas untuk memprovokasi dan membuli tanpa ada sanksi hukum yang jelas," ungkapnya.
Regulasi tersebut lanjut Aher, akan mampu menghambat berita-berita buruk dan mengajak masyarakat hanya untuk menikmati berita baik saja.
"Ada jutaan kata yang dikeluarkan media, bayangkan kalau jutaan kata itu buruk, provikasi dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Kalau kita sepakati bahwa di media hanya ada perkataan yang baik pasti karakter yang baik akan tercipta pada masyarakat dunia," jelasnya.
Dalam forum ini Aher bersama Walikota Bandung dan Para delegasi menandatangani deklarasi "Media For World Harmony From Bandung To The World". (sen/hms)
