Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Akhirnya, PT Adetex Group Bisa Buang Limbah Lagi Ke Sungai

Rabu, 09 Januari 2019 | 20:02 WIB Last Updated 2019-01-09T13:26:19Z

FAKTABANDUNGRAYA.COM, PAMEUNGPEUK - Setelah berkali kali lubang pembuangan limbah pabriknya ditutup oleh Satgas Citarum, kini pabrik tekstil PT Adetex Group bisa bernafas lega, karena setelah Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat melakukan pengecekan IPAL secara seksama dan melihat langsung proses pengolahan limbahnya, Kol Inf Yusep Sudrajat akhirnya mengijinkan pabrik yang memilki IPAL berkapasitas 3500 Meter kubik ini membuang limbah ke sungai.

"Setelah kita lakukan pengecekan ulang secara seksama proses pengolahan limbah di pt adetex, kita dapatkan bahwa hasil pengolahannya sudah memenuhi parameter satgas sektor 21, air limbah jernih dan terdapat ikan yang hidup di kolam yang dialiri oleh limbah hasil pengolahan," ujar Kol Yusep Sudrajat, di IPAL PT Adetex, Jalan  Raya Banjaran, Kabupaten Bandung, Rabu (9/1/19).

"Karena parameter itu yang selama ini kami terapkan di pabrik penghasil limbah cair, kalo sudah jernih itu artinya tak ada lagi lumpur yang terbawa ke sungai, sementara ada ikan yang hidup menunjukkan limbah yang dibuang sudah aman bagi ekosistem sungai," jelasnya.

Ditempat yang sama, General Manager PT Adetex grup Sutisna, yang ikut mendampingi Satgas Citarum mengecek IPAL di pabriknya mengatakan bahwa sebelum adanya program citarum, "selama ini kami mengolah limbah hanya menggunakan metode biologi, makanya air limbah yang dikeluarkan masih mengandung warna," ujarnya.

"Namun sejak program citarum harum yang memberlakukan aturan bahwa limbah yang keluar selain Cod dan Bod nya harus bagus, tapi airnya juga harus bening," ungkapnya.

Maka dari itu, kata Sutisna, kita terus mempelajari dan belajar dari beberapa konsultan dan arahan dari dansektor, akhirnya kpihak pabrik menambah metode pengolahan dengan sistem kemikal. Dengan penambahan ini, " biaya operasional mau tidak mau kenaikannya lumayan, tapi itulah yang harus dilakukan," tuturnya.

"Sekarang biaya operasional 260 hingga 300 juta perbulan, dari sebelumnya hanya 160 hingga 200 juta," terangnya.

Selain meningkatnya biaya operasional, pihak pabrik juga mengaku telah menggelontorkan dana senilai 1 miliar untuk penambahan instalasi pendukung dan peremajaan IPAL. "Hal ini guna memastikan agar pengolahan limbah benar benar menghasilkan pengolahan limbah yang maksimal," pungkasnya. (Cuy).
×
Berita Terbaru Update