"Seperti kegiatan kegiatan yang ada di desa yang dibutuhkan masyarakat, contohnya penanganan irigasi, upaya pengelolaan pencemaran sampah rumah tangga, yang pasti untuk kepentingan lingkungan, khususnya mengurangi potensi pencemaran daerah aliran sungai citarum," ujar Kapten Kav Rifai Lubis.
Namun, sambung Kapten Rifai, kondisi dan tingkat partisipasi sosial di masyarakat sudah mulai berkurang dan bersikap lebih pragmatis. "Jadi mereka itu kadang kadang kan hanya berharap imbalan, jiwa gotong royong nya sudah hampir hilang dan pudar. Untuk itu, keberadaan satgas citarum ini selain melaksanakan upaya penanganan pencemaran lingkungan sungai juga upaya membangkitkan kembali jiwa sosial, jiwa gotong royong supaya kembali lagi bersatu bersama pasukan satgas citarum," tuturnya.
Dengan adanya satgas citarum diharapkan dapat memberi tauladan dan dapat mencontohkan supaya masyarakat kembali ke jati diri nya seperti dulu lagi. Dulu kan kita gotong royong nya sangat kental sekali, upaya itu yang juga yang kita lakukan, makanya kita datang dari rumah ke rumah untuk mengajak dan menghimbau mereka paling tidak di lingkungan rumah sendiri, setelahnya lingkungan di luar nya," tandas Danki 1 yang juga menjabat sebagai Danramil Cipatat.
Bukan hanya itu, kehadiran satgas citarum melalui program citarum harum bertugas melakukan percepatan pengendalian pencemaran DAS Citarum, manfaatnya juga harus bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, serta meningkatkan kesejahteraan warga di wilayah DAS Citarum.
Sementara, Camat Cipatat Iyep TR menyampaikan bahwa pihaknya sangat menyambut baik dan berterimakasih dengan program yang dilaksanakan Satgas Sektor 11 melalui program citarum harum, bahkan sangat membantu masyarakat desa yang ada di wilayah Kecamatan Cipatat.
"Artinya begini, bukan berarti masyarakat tidak peduli, tapi karena keterbatasan dan lain hal. Alhamdulillah dengan media yang dilakukan satgas sektor 11 ini bisa menerobos sehingga kami bisa lebih matching lagi. Mudah mudahan kedepan dapat menambahkan tingkat kesadaran masyarakat secara hukum," ujarnya.
"Karena kalo sudah tercipta kesadaran masyarakat secara hukum itu sudah tidak perlu diperintah lagi, akan sadar dengan sendirinya kebiasaan dan budaya bersih dan sehat," imbuhnya.
Dengan adanya pasukan satgas citarum harum di beberapa desa di wilayah Kecamatan Cipatat, dirinya berharap dapat berimbas positif bagi desa lain yang tidak terdapat satgas citarum. "Pasti ada imbas, jadi desa yang tidak ada satgas akan mengikuti dengan program yang lain, sehingga program citarum harum dan perda k3 Bandung Barat benar benar bisa diimplementasikan," pungkasnya.
Di tempat yang sama, Sekdes Mandalasari Ruhiyat Soepardi mengakui dengan adanya sosialisasi program citarum harum ini berdampak positif bagi pemerintahan desa Mandalasari terutama dalam penanganan pengolahan sampah, dan berharap program seperti ini bisa berkelanjutan.
"Sebetulnya dari pihak desa sudah bersinergi dengan satgas citarum juga masyarakat dengan kegiatan kegiatan di lapangan. Contohnya pembuatan tong sampah, bak sampah yang bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Desa Mandalasari memiliki luas wilayah 4.407,12 Hektar, terdiri dari 15 RW dan 47 RT dan jumlah penduduk sekitar 7 juta orang. Dilintasi aliran sungai citarum sepanjang hampir 3 Kilometer mulai dari wilayah perbatasan desa Mandalawangi (hulu) hingga batas wilayah desa Sarimukti (hilir), berada di 4 RW, diantaranya RW 1, 2, 3, dan RW 4, wilayah bagian barat desa berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Kegiatan sosialisasi yang dihadiri 100 orang perwakilan warga dua desa yakni desa Mandalasari dan desa Cipatat berlangsung interaktif dan khidmat. Selain diisi dengan materi program citarum harum yang dilaksanakan satgas citarum, kegiatan juga diisi dengan sosoalisasi materi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari petugas Kesehatan Keliling Puskesmas Raja Mandala, Kabupaten Bandung. (Cuy)
