![]() |
Anggota Komisi V DPRD Jabar H.M.HAsbullah Rahmad, S.Pd, M.Hum dari Fraksi PAN |
Untuk meningkatkan kembali nilai-nilai
budi pekerti bagi kalangan pelajar, maka sudah seharusnya di setiap tingkatan Pendidikan
diadakan kembali pelajaran budi pekerti.
Pendidikan budi pekerti merupakan
usaha pembentukan peserta didik /pelajar yang mencerminkan nilai, norma dan
moral luhur bangsa Indonesia melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan. Jadi
betapa pentingnya Pendidikan / pembelajaran budi pekerti bagi kalangan pelajar
sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.
Demikian dikatakan Anggota Komisi V
DPRD Jabar, H.M. Hasbullah Rahmad, S.Pd, M.Hum saat ditemui di Gedung DPRD
Jabar, baru baru ini.
Dikatakan, tujuan Pendidikan budi
pekerti adalah untuk membentuk kepribadian yang baik, meliputi kata, perbuatan,
sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya bagi para pelajar di setiap
tingkatan, muali dari PAUD/TK hingga SLTA.
Hasbullah Rahmad yang akrab disapa
Bang Has menilai, karakter pelajar zaman sekarang sangat berbeda dibandingkan
generasi sebelumnya.
“Dulu, pendidikan dasar memang keras,
tapi keras dalam arti mendidik. Ada kurikulum P4, Pendidikan Pancasila, dan
pelajaran UUD 1945 yang membentuk jiwa nasionalisme serta etika sejak dini,”
ujar Politisi PAN Jabar dari Dapil Jabar VIII (kota Depok-kota Bekasi).
Bang Has juga menyayangkan bahwa saat ini pembentukan
karakter justru semakin dikesampingkan.“Pendidikan agama pun porsinya sedikit.
Jadi wajar kalau budi pekerti anak-anak hari ini terasa jauh bergeser. Mereka
lebih dekat dengan gawai daripada guru dan orang tua,” katanya.
Menurutnya, arus globalisasi dan
kemajuan teknologi dan banyaknya informasi dari media social (medsos) yang tingkat
kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan
tentunya menjadi ancaman serius bagi perkembangan mental generasi muda.
Sering terjadi keributan dan berakhir
tawuran antarpelajar yang dahulu terjadi spontan, kini direncanakan dengan
matang melalui media sosial. Lebih miris lagi, aksi-aksi itu kerap melibatkan
senjata tajam, hingga jatuh korban jiwa
“Banyak orang tua datang kepada saya,
mengeluh karena anaknya kini sulit dinasehati. Bahkan ada yang berani melawan.
Ini bukan sekadar soal kenakalan biasa, ini krisis moral,” ucapnya prihatin.
Menanggapi gagasan Gubernur Jawa Barat
Dedi Mulyadi yang menitipkan pelajar bermasalah ke barak militer, Hasbullah
menyatakan dukungan penuh.
Menurutnya, langkah ini adalah bentuk
ikhtiar untuk menyelamatkan generasi muda dari keterpurukan moral.
“Bukan untuk menghukum, tapi membina.
Kita ingin mereka tumbuh dengan kedisiplinan, tanggung jawab, dan jiwa
kepemimpinan. Ini bukan pendidikan militer, tapi pendidikan karakter dalam
bingkai ketegasan,” tegasnya.
Lebih lanjut Bang Has mengatakan,
beberapa waktu lalu, Komisi V DPRD Jabar melakukan kunjungan kerja ke SMA
Taruna Nusantara.
Di SMA Taruna Nusantara telah
dilakukan pendekatan semi-militer tersebut dinilai mampu menjadi tempat
pembinaan alternatif yang lebih ramah bagi siswa, tanpa menghilangkan aspek
ketegasan.
“Sekolah ini punya kurikulum nasional,
tapi dengan nilai-nilai kedisiplinan yang tinggi. Mereka menyambut baik jika
ada siswa nakal yang dititipkan. Tapi tentu perlu dukungan pemerintah Jawa
Barat dalam hal sarana dan prasarana,” ungkapnya.
Hasbullah menambahkan, ketimbang
langsung menempatkan siswa di lingkungan barak militer yang keras dan mungkin
dikhawatirkan akan menimbulkan trauma, model pembinaan di sekolah seperti
Taruna Nusantara justru bisa menjadi jembatan pembentukan karakter tanpa
kehilangan sisi kemanusiaan.
“Jika kita ingin melihat masa depan
bangsa yang cerah, maka karakter anak-anak kita hari ini harus kita bentuk
dengan sungguh-sungguh. Sekolah tidak cukup hanya tempat menimba ilmu, tapi
harus menjadi tempat menempa jiwa, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai budi
pekerti, tandasnya (AdiP/sein).