Klik
GARUT, (FBR.Com),-- Anggota MPR RI, Haerudin, S.Ag dari Fraksi PAN, mengatakan, meskipun Indonesia bukan negara agama, tetapi negara harus mengedepankan nilai-nilai agama dalam membangun konstruksi idiologi berbangsa dan bernegara.
Meskipun Indonesia bukan negara agama , namun, sebagai negara yang bermayoritas penduduk muslim, dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tentunya tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila Ketuhanan yang Maha Esa.
Hal ini, disampaikan Legislator dari fraksi PAN, Haerudin, S.Ag, MH dari Dapil Jabar XI dihadapan ratusan jamaah serta santriwan-santriwati Ponpes Persatuan Islam (Persis) 61 Cisurupan dalam sosialisasi empat pilar, baru-baru ini.
Dikatakan Haerudin, upaya memisahkan urusan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan sikap “Tidak Pancasilais” karena ia menilai hal itu menyalahi nilai pancasila tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lebih lanjut dikemukakannya, begitu pentingnya nilai agama dalam berbangsa dan bernegara, sebab masyarakat Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Selain itu, sambung Haerudin, hal tersebut akan mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
“Akan tumbuh dimana umat akan saling hormat menghormati walaupun berbeda agama dan keyakinan, bahkan membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya berharap kelompok santri lebih dipersiapkan menjadi calon pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang, yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinannya.
Haerudin menilai, kontribusi santri dalam berbagai kegiatan negara sejauh ini kurang mendapat perhatian, sehingga seiring waktu perannya seolah kabur dan hilang dari ingatan masyarakat. Padahal ditegaskannya, rekam jejak peran santri dalam sejarah merebut kemerdekaan bangsa serta sepak terjang para santri untuk kemajuan bangsa ini sudah tidak bisa terhitung berapa jumlahnya.
“Sejarah perjuangan santri dalam mempertahankan negara perlu diperkenalkan kembali sebagai satu upaya dalam menumbuh-kembangkan semangat berbangsa di kalangan santri, dan hal itu selaras dengan Keppres 22 Tahun 2015 tentang penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” pungkasnya.
Acara sosialisasi yang digagas Pengurus Ponpes tersebut selain dihadiri Ketua PC Persis Cisurupan, Ustadz Jajang, Mudir Pesantren Persis Cisurupan, Ustadz Afifudin, hadir pula tokoh masyarakat Cisurupan Anwar Maulana beserta jajaran pengurus PC PERSIS Cisurupan, asatidz, serta jamaah Persis Cisurupan.
Usai acara, Mudir Pesantren Persis Cisurupan, Ustadz Afifudin mengungkapkan pentingnya acara sosialisasi empat pilar bagi pengetahuan serta penambahan wawasan para santri-santrinya terlebih mengingatkan kembali peranan santri dalam membangun dan merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah. (dent/sein).
Meskipun Indonesia bukan negara agama , namun, sebagai negara yang bermayoritas penduduk muslim, dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tentunya tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila Ketuhanan yang Maha Esa.
Hal ini, disampaikan Legislator dari fraksi PAN, Haerudin, S.Ag, MH dari Dapil Jabar XI dihadapan ratusan jamaah serta santriwan-santriwati Ponpes Persatuan Islam (Persis) 61 Cisurupan dalam sosialisasi empat pilar, baru-baru ini.
Dikatakan Haerudin, upaya memisahkan urusan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan sikap “Tidak Pancasilais” karena ia menilai hal itu menyalahi nilai pancasila tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lebih lanjut dikemukakannya, begitu pentingnya nilai agama dalam berbangsa dan bernegara, sebab masyarakat Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Selain itu, sambung Haerudin, hal tersebut akan mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
“Akan tumbuh dimana umat akan saling hormat menghormati walaupun berbeda agama dan keyakinan, bahkan membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya berharap kelompok santri lebih dipersiapkan menjadi calon pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang, yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinannya.
Haerudin menilai, kontribusi santri dalam berbagai kegiatan negara sejauh ini kurang mendapat perhatian, sehingga seiring waktu perannya seolah kabur dan hilang dari ingatan masyarakat. Padahal ditegaskannya, rekam jejak peran santri dalam sejarah merebut kemerdekaan bangsa serta sepak terjang para santri untuk kemajuan bangsa ini sudah tidak bisa terhitung berapa jumlahnya.
“Sejarah perjuangan santri dalam mempertahankan negara perlu diperkenalkan kembali sebagai satu upaya dalam menumbuh-kembangkan semangat berbangsa di kalangan santri, dan hal itu selaras dengan Keppres 22 Tahun 2015 tentang penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” pungkasnya.
Acara sosialisasi yang digagas Pengurus Ponpes tersebut selain dihadiri Ketua PC Persis Cisurupan, Ustadz Jajang, Mudir Pesantren Persis Cisurupan, Ustadz Afifudin, hadir pula tokoh masyarakat Cisurupan Anwar Maulana beserta jajaran pengurus PC PERSIS Cisurupan, asatidz, serta jamaah Persis Cisurupan.
Usai acara, Mudir Pesantren Persis Cisurupan, Ustadz Afifudin mengungkapkan pentingnya acara sosialisasi empat pilar bagi pengetahuan serta penambahan wawasan para santri-santrinya terlebih mengingatkan kembali peranan santri dalam membangun dan merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah. (dent/sein).