lukisan berbagai karya seni yang pasarkan i sepanjang jalan Braga Bandung |
Hal ini disampaikan Ketua Dewan
Kesenian Kota Bandung, Rahmat Jabaril seusai acara Diskusi Pameran Pulau Emas
pada Minggu, (14/8/2022).
Menurut Rahmat, kondisi Braga mulai
berubah sejak Abah Ropih, tokoh seniman Kota Bandung menginisiasi trotoar
sebagai display karya lukisan para seniman di tahun 2000.
"Akhirnya dari sana Braga jadi
punya daya tarik tersendiri. Malah banyak orang yang ikut berkarya dan
berjualan di sana, sehingga terbangun suasana lain tentang Jalan Braga,"
ujar Rahmat.
Hadirnya para seniman lukisan di
Braga berdampak pada munculnya bentuk ekonomi kreatif lain di sana, seperti
fotografi dan kuliner.
Selain itu, ia mengatakan, Abah
Ropih ingin menjadikan Braga sebagai tempat pembelajaran seni.
"Keinginan Abah Ropih, Jalan
Braga bisa menjadi perguruan seni secara tidak langsung, seperti 'universitas
terbuka'. Semua orang bisa belajar di sana dengan para senior. Siapa pun boleh
belajar dan berjualan," ungkapnya.
Bagi Rahmat, Abah Ropih merupakan
salah satu tokoh seniman yang multitalent. Abah tak hanya fokus pada seni rupa,
tapi juga mengeksplorasi seni lainnya, seperti musik, tradisional, sehingga
bisa merangkul semua seniman di Kota Bandung. Selain sebagai pelukis, Abah
Ropih juga penggagas ruang kreatif di Jalan Braga.
"Dulu, tidak begitu banyak cafe
di Braga, paling adanya toko buku. Apalagi kalau ke arah Braga Selatan, itu
justru banyak toko yang tutup. Sekarang mulai banyak cafe di daerah sana sejak
mulai ramainya lukisan yang berjualan di sekitarnya," ucap Rahmat.
Ia mengaku, orang luar Bandung
mengenal Braga sebagai kawasan seni, terutama seni lukis. Sehingga, jika ada
yang ingin membeli karya lukis, mereka langsung tahu tempat yang paling tepat
adalah Braga.
Ketua Dewan Kesenian Kota Bandung, Rahmat Jabaril |
Ia menambahkan, pendapatan daerah
Kota Bandung sebagian besar merupakan dari hasil kreativitas masyarakat yang
bernilai seni.
Sehingga Kota Bandung dikenal
masyarakat luas sebagai pusatnya para seniman. Bahkan, banyak seniman Kota
Bandung yang menginspirasi terciptanya festival besar di kota-kota lain.
"Kita juga berharap, setiap
tahun Pemkot bisa mengadakan festival seni. Misalnya setiap Desember ada
festival seni di Braga, mulai dari seni tradisional sampai ke seni
kontemporer," tuturnya.
"Bisa menciptakan branding
kalau braga itu semacam barometer kesenian di Kota Bandung," imbuh Rahmat.
Oleh karena itu, Rahmat berharap, agar
di setiap RW bisa tersedia program kesanggaran sebagai penyalur bakat para
pemuda di tataran paling kecil.
"Kalau mereka bisa terlatih dan
terdidik di RW, Pemkot Bandung bisa melibatkan para seniman yang sudah terlatih
di setiap daerah ini," imbuhnya. (din/red).