![]() |
Anggota DPRD Kota Bandung Susanto Triyogo Adiputro, di Buruan SAE Pajajaran, Bandung, 24 Juni 2025.( Foto:Humpro). |
Sejarah mencatat Bandung
sebagai Kota Perjuangan. Peristiwa Bandung Lautan Api tahun 1946 adalah simbol
keberanian rakyat mempertahankan kemerdekaan. Saat itu, Bandung tidak hanya
menjadi kota, melainkan medan juang yang mengajarkan arti pengorbanan demi
bangsa.
Tak berhenti di sana,
Bandung juga menorehkan jejaknya dalam sejarah dunia. Konferensi Asia Afrika
tahun 1955 melahirkan Spirit of Bandung, yang memberi inspirasi bagi
bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk bangkit dari penjajahan. Dari Bandung,
suara kemerdekaan menggema ke seluruh penjuru dunia.
Presiden Soekarno dalam
pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika (18 April 1955) menegaskan:
“Ya, ada sesuatu yang
lebih besar dari nasionalisme, yaitu Spirit of Bandung. Bandung mewakili
semangat persatuan, semangat anti-kolonialisme, semangat untuk berdiri bersama
membangun dunia baru yang damai dan adil.”
Lewat pidato itu,
Bandung tampil bukan sekadar tuan rumah, tetapi simbol harapan dunia. Spirit of
Bandung lahir dari semangat persaudaraan bangsa-bangsa yang menolak
kolonialisme dan imperialisme, serta bertekad membangun dunia yang lebih adil.
Kini, wajah Bandung juga
dikenal dengan inovasi dan kreativitasnya. Pada 2015, UNESCO menetapkan Bandung
sebagai City of Design. Pengakuan ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga
tanggung jawab: menjaga Bandung tetap menjadi kota yang inovatif, kreatif,
sekaligus ramah bagi warganya.
Energi anak muda Bandung
dengan kreativitasnya adalah kekuatan baru yang luar biasa. Namun, generasi
hari ini tetap harus berpijak pada akar sejarah perjuangan kotanya, agar
kreativitas tidak tercerabut dari nilai perjuangan.
Namun, kita juga tidak
menutup mata: Bandung menghadapi tantangan nyata. Urbanisasi yang cepat,
kemacetan lalu lintas, persoalan sampah, kesenjangan sosial, hingga krisis
ruang terbuka hijau, semuanya menjadi pekerjaan rumah besar. Lebih dari itu,
ada risiko terkikisnya identitas Bandung oleh modernitas yang bergerak begitu
cepat. Jika kita tidak waspada, nilai perjuangan dan kearifan lokal yang
menjadi kekuatan Bandung bisa hilang ditelan zaman.
Karena itu, di usia
ke-215, sudah saatnya kita menghidupkan kembali Spirit of Bandung. Semangat
perjuangan, solidaritas, kreativitas, dan keberanian mengambil peran global
perlu kita aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bandung harus menjadi
kota yang maju tanpa kehilangan jati diri, modern tanpa meninggalkan sejarah,
serta kreatif tanpa melupakan akar perjuangan.
Bandung adalah kota yang
besar karena warganya. Maka mari kita satukan langkah: warga, pemerintah,
akademisi, pelaku usaha, dan komunitas. Dengan harmoni dan kolaborasi, kita
bisa menjaga Bandung tetap menjadi kota perjuangan, kota kreatif, dan kota yang
memberi inspirasi bagi Indonesia dan dunia.
Selamat ulang tahun
ke-215, Bandung tercinta. Mari kita rawat semangatmu, agar Spirit of Bandung
tetap hidup dalam diri kita semua. (*).