![]() |
Wali kota Bandung M.Farhan saat mengunjungi Kelurahan Cijawura |
Farhan mengatakan, keamanan,
kesehatan, dan kebersihan lingkungan adalah tiga pilar utama bagi Bandung yang
tangguh dan berdaya.
“Kota Bandung ini kuat kalau warganya
siaga, sehat, dan kompak. Siskamling bukan hanya ronda malam, tapi tanda gotong
royong yang hidup,” ujar Farhan.
Kelurahan Cijawura memiliki 13 RW dan
82 RT dengan luas wilayah sekitar 1,19 juta meter persegi. Total penduduknya
mencapai 21.627 jiwa atau 7.585 kepala keluarga (KK), dengan sebaran gender
yang seimbang.
Wilayah ini tergolong aktif dengan 12
Posyandu yang berjalan. Kendati demikian, wilayah ini masih menghadapi sejumlah
persoalan klasik perkotaan: sanitasi lingkungan yang belum merata, stunting,
dan potensi banjir akibat posisi topografi yang rendah.
Farhan menyampaikan, Pemkot Bandung
tengah menyiapkan restrukturisasi kelembagaan Posyandu, menyesuaikan dengan
Permendagri terbaru tentang Tim Penggerak Posyandu (TP Posyandu).
Kader Posyandu kini tidak hanya
melayani ibu dan balita, tetapi juga menjadi bagian penting dalam pelaksanaan
enam Standar Pelayanan Minimum (SPM), yaitu pendidikan, kesehatan, sosial,
perumahan, ketertiban umum, dan infrastruktur.
“Kader Posyandu adalah jantung
pelayanan masyarakat. Mereka bukan hanya pelayan kesehatan, tapi penggerak
perubahan sosial di tingkat warga,” ucapnya.
Pemerintah membuka peluang bagi
bapak-bapak dan generasi muda untuk ikut menjadi kader, agar kegiatan Posyandu
lebih dinamis dan berkelanjutan.
Dalam laporan menyebutkan, terdapat
134 anak stunting dan 32 kasus TBC di wilayah Cijawura.
Penyebab utama berasal dari asupan gizi ibu hamil yang kurang dan kondisi sanitasi yang belum memadai, terutama di RW 1, 2, 3, 4, 7, 10, dan 12 yang masih ditemukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Farhan bincang2 dengan Pengurus Posyandu dan jajaran kelurahan Cijawura
Menurut Farhan, perang melawan
stunting harus dimulai dari perubahan perilaku dan perbaikan sanitasi.
“Kalau airnya kotor, gizinya kurang,
dan lingkungannya tidak bersih, anak-anak kita akan terus terhambat. Kita
perbaiki dari hulu dari ibu hamil, air bersih, dan lingkungan sehat,” tegasnya.
Ia juga menambahkan, anak-anak tidak
boleh dibebani tanggung jawab orang dewasa, dan setiap kasus anak yatim atau
anak dari keluarga sakit berat harus mendapat intervensi dari Dinas Sosial.
Secara topografis, Cijawura berada di
ketinggian 692 MDPL, yang membuatnya cukup rentan terhadap banjir dan genangan
air.
Selain itu, potensi angin kencang dan
pohon tumbang juga menjadi perhatian.
Wali Kota menginstruksikan BPBD dan
DSDABM untuk melakukan pengerukan sedimen sungai secara manual, Perbaikan dan
penguatan kirmir, Penataan pohon rawan tumbang, serta penyusunan mitigasi
bencana angin kencang berbasis warga.
“Mitigasi bencana itu bukan menunggu
datangnya musibah, tapi membangun kesadaran. Kita latih warga agar tanggap dan
cepat bertindak,” ujar Wali Kota.
Wali Kota menemukan bahwa beberapa RW
seperti RW 3, 7, dan 10 masih belum memiliki pos Siskamling aktif.
Ia menegaskan agar ronda malam
dihidupkan kembali sebagai bentuk kewaspadaan kolektif warga.
“Siskamling bukan hanya menjaga
keamanan, tapi juga kesiapsiagaan bencana. Di pos ini warga bisa saling
berkoordinasi, memberi peringatan dini, dan belajar menghadapi situasi
darurat,” ungkapnya.
Selain itu, Wali Kota meminta Dishub
memperluas pemasangan CCTV, memperbaiki lampu penerangan jalan umum (PJU) yang
padam, dan menata ulang lahan parkir untuk mencegah konflik antar kelompok
parkir yang sempat terjadi.
Dalam bidang infrastruktur, baru RW 2
dan RW 8 yang memiliki sprinkler kebakaran.
Fasilitas serupa akan ditambah di RW
lain. Lapangan evakuasi sudah tersedia dan siap digunakan saat darurat.
Meski sarana olahraga masih terbatas,
warga aktif memanfaatkan taman sebagai ruang aktivitas bersama.
Wali Kota mendorong agar olahraga
warga dijadikan budaya sosial karena mampu memperkuat kebersamaan dan
mengurangi stres.
Terkait kebersihan, produksi sampah di
Cijawura mencapai 5,8 ton per hari, namun enam RW sudah mengelola budidaya
maggot dengan hasil 100 kilogram per siklus.
Pemerintah akan memperkuat upaya ini
melalui program baru bernama “Gaslah Petugas Pemilah”, di mana sampah organik
diolah di tingkat RW, dan hanya residu yang diangkut ke TPA.
Menutup kegiatan, Wali Kota Bandung
menyampaikan sepuluh arahan penting bagi warga dan perangkat kelurahan:
1. Perkuat peran kader Posyandu dalam
enam SPM.
2. Tangani stunting dari hulu: gizi,
sanitasi, dan air bersih.
3. Hentikan praktik BABS dan bangun
perilaku hidup bersih.
4. Susun mitigasi bencana angin
kencang secara lokal.
5. Aktifkan seluruh pos Siskamling dan
ronda rutin.
6. Tertibkan lahan parkir dan perbaiki
PJU padam.
7. Kelola sampah berbasis RW, perkuat
daur ulang organik.
8. Fasilitasi ruang olahraga warga.
9. Perbarui data RW untuk akurasi
anggaran.
10. Pemkot akan melakukan kunjungan
rutin ke tiap RW. (ziz/red).