![]() |
| Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono, ST dari FPDIP (foto"doc.ahw) |
Ono mengakui bahwa angka Rp 100 miliar
bukan jumlah kecil, terlebih ketika Pemprov Jabar sedang melakukan efisiensi
anggaran pada tahun 2026. Namun, menurutnya, tanpa suntikan dana tersebut
kondisi BIJB justru berpotensi semakin memburuk.
“Betul, itu angka yang tidak sedikit.
Tapi kalau tidak diinjek Rp 100 miliar, BIJB Kertjati akan makin rusak,” ujar
politisi PDI Perjuangan tersebut, saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Kamis
(13/11/2025).
Ono Surono menegaskan, sebagai proyek
strategis nasional yang berada di wilayah Jabar, BIJB harus tetap dirawat dan
dipertahankan keberfungsian serta potensinya. Jika tidak, bandara itu hanya
akan menjadi aset mangkrak bahkan jadi bankai.
“Mau tidak mau penyertaan modal harus
dilakukan. Kalau tidak ada perawatan, ya makin jadi bangkai itu,” tegas Ono.
![]() |
| Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono, ST dari FPDIP (foto"doc.ahw) |
Menurutnya, dana Rp 100 miliar itu
tidak hanya dipakai untuk menutup biaya operasional yang selama ini cukup
besar. Tetapi juga untuk mendukung pengembangan bisnis agar BIJB bisa kembali
produktif dan menarik minat maskapai maupun penumpang.
Ono Surono yang juga Ketua DPD PDIP
Jabar ini merinci, bahwa dari suntikan dana Rp.100M tersebut, sekitar Rp 60
miliar dialokasikan untuk biaya operasional. Sementara Rp 40 miliar sisanya
digunakan untuk investasi dan pengembangan, seperti pembangunan hanggar
perawatan pesawat dan peningkatan fasilitas penerbangan.
Ia juga menyebutkan, bahwa kondisi
BIJB saat ini masih berkutat pada persoalan klasik: minimnya penumpang dan
terbatasnya rute penerbangan. Padahal, kedua masalah itu saling berkaitan.
“Ini seperti persoalan ayam atau telur
dulu. Tidak ada penumpang karena tidak ada rute, dan tidak ada rute karena
tidak ada penumpang. Mudah-mudahan Rp 40 miliar itu bisa menyelesaikan
persoalan itu,” katanya.
Ia juga mendorong adanya inovasi agar
masyarakat kembali tertarik menggunakan BIJB, seperti pemberian diskon tiket,
promosi, hingga penyediaan layanan shuttle dari berbagai titik di Jawa Barat.
Menurutnya, akses menuju Kertajati harus dibuat semurah mungkin agar masyarakat
tidak lebih memilih Bandara Halim atau Soekarno-Hatta.
“Harus ada terobosan. Jangan sampai
biaya menuju BIJB lebih mahal daripada ke Halim atau Soetta,” harapnya. (sein).

