Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

BIJB Kertajati Kembali Disuntik Dana Rp 100 Miliar, Ono Surono: Kalau Tidak, Bisa Jadi Bangkai

Jumat, 14 November 2025 | 08:12 WIB Last Updated 2025-11-14T01:12:18Z
Klik
Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono, ST dari FPDIP (foto"doc.ahw)



BANDUNG, Faktabandungraya.com,--- Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk kembali memberikan penyertaan modal kepada Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati menuai tanggapan dari Wakil Ketua DPRD Jabar, Ono Surono. Ia menilai langkah tersebut perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan bandara yang merupakan aset strategis nasional.

Ono mengakui bahwa angka Rp 100 miliar bukan jumlah kecil, terlebih ketika Pemprov Jabar sedang melakukan efisiensi anggaran pada tahun 2026. Namun, menurutnya, tanpa suntikan dana tersebut kondisi BIJB justru berpotensi semakin memburuk.

“Betul, itu angka yang tidak sedikit. Tapi kalau tidak diinjek Rp 100 miliar, BIJB Kertjati akan makin rusak,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut, saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Kamis (13/11/2025).

Ono Surono menegaskan, sebagai proyek strategis nasional yang berada di wilayah Jabar, BIJB harus tetap dirawat dan dipertahankan keberfungsian serta potensinya. Jika tidak, bandara itu hanya akan menjadi aset mangkrak bahkan jadi bankai.

“Mau tidak mau penyertaan modal harus dilakukan. Kalau tidak ada perawatan, ya makin jadi bangkai itu,” tegas Ono.

Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono, ST dari FPDIP (foto"doc.ahw)


Menurutnya, dana Rp 100 miliar itu tidak hanya dipakai untuk menutup biaya operasional yang selama ini cukup besar. Tetapi juga untuk mendukung pengembangan bisnis agar BIJB bisa kembali produktif dan menarik minat maskapai maupun penumpang.


Ono Surono yang juga Ketua DPD PDIP Jabar ini merinci, bahwa dari suntikan dana Rp.100M tersebut, sekitar Rp 60 miliar dialokasikan untuk biaya operasional. Sementara Rp 40 miliar sisanya digunakan untuk investasi dan pengembangan, seperti pembangunan hanggar perawatan pesawat dan peningkatan fasilitas penerbangan.

Ia juga menyebutkan, bahwa kondisi BIJB saat ini masih berkutat pada persoalan klasik: minimnya penumpang dan terbatasnya rute penerbangan. Padahal, kedua masalah itu saling berkaitan.

“Ini seperti persoalan ayam atau telur dulu. Tidak ada penumpang karena tidak ada rute, dan tidak ada rute karena tidak ada penumpang. Mudah-mudahan Rp 40 miliar itu bisa menyelesaikan persoalan itu,” katanya.

Ia juga mendorong adanya inovasi agar masyarakat kembali tertarik menggunakan BIJB, seperti pemberian diskon tiket, promosi, hingga penyediaan layanan shuttle dari berbagai titik di Jawa Barat. Menurutnya, akses menuju Kertajati harus dibuat semurah mungkin agar masyarakat tidak lebih memilih Bandara Halim atau Soekarno-Hatta.

“Harus ada terobosan. Jangan sampai biaya menuju BIJB lebih mahal daripada ke Halim atau Soetta,” harapnya. (sein).

×
Berita Terbaru Update