Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM – Peranan Guru Bimbingan Konseling (BK) sangat penting dalam mendukung kemajuan perkembangan kemajuan siswa/I di sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Tingkat SLTA. Untuk itu, hendaknya para guru BK proaktif dalam melihat perkembangan dan prilaku siswanya. Selama ini, menurut Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan masih cukup banyak guru BK hanya mengunggu adanya siswa bermasalah baru turun tangan dan menajalankan tugasnya.
Anak-anak jaman sekarang, kata Netty, sudah kehilangan kepercayaan kepada orangtuanya. Sehingga guru BK seharusnya mampu melihat peta masalah pada para siswa. Dengan demikian guru BK dapat membina siswa sebelum siswa tersebut menjadi anak yang bermasalah di sekolahnya.
Netty menambahkan, anak-anak di masa ini terkungkung pada fenomena BLAST, yaitu Bored (kebosanan), Lonely (kesepian), Angry (kemarahan), Stress dan Tired (kelelahan). Fenomena ini menjadi titik awal penyebab tingginya angka kekerasan. Fenomena inilah yang harus jadi acuan guru, khususnya guru BK, dalam melakukan pendekatan dengan para siswa.
Netty mengatakan bahwa anak-anak datang ke sekolah dengan latar yang berbeda-beda, baik dari status ekonomi keluarga, kondisi mental, hingga pengasuhan orangtua yang sangat mempengaruhi siap atau tidaknya anak menerima pelajaran di sekolahnya. Terlebih, anak yang datang ke sekolah sudah diwarnai kemajuan teknologi. Inilah yang membuat institusi pendidikan jadi punya nilai lebih yang strategis dalam membentuk karakter anak.
"Bagi Guru BK sangat penting untuk membangun komunikasi interpersonal dengan para murid, karena dapat menumbuhkan rasa nyaman siswa dalam berbagi masalahnya", ucap Netty.
"Tutup celah-celah yang dibuat oleh orangtua. Jadilah orangtua pengganti di sekolah," arahnya.
Mendukung apa yang disampaikan Netty, Dirjen Guru dan Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Sumarna Surapranata mengatakan, pihaknya sedang merumuskan kebijakan yang mengatur jam kerja guru di sekolah, sehingga guru harus selalu ada untuk mendampingi siswa, mulai dari siswa datang ke sekolah hingga waktunya pulang.
"Kita sedang menyiapkan kebijakan agar guru hadir di sekolah 40 jam seminggu dengan hari kerja setiap senin sampai jumat, atau 8 jam sehari," tukas Sumarna.
"Guru harus ada saat siswa mencari. Tidak ada guru yang pulang mendahului muridnya," tegasnya. (sein/hms)
Hal ini disampaikan Netty saat menjadi narasumber pada Acara Rapat Kerja Nasional II Guru Bimbingan dan Konseling (Musyawarah GBK) Indonesia di Auditorium Graha POS Bandung, Jl. Banda No. 8 Bandung, Jum'at (20/01).
Anak-anak jaman sekarang, kata Netty, sudah kehilangan kepercayaan kepada orangtuanya. Sehingga guru BK seharusnya mampu melihat peta masalah pada para siswa. Dengan demikian guru BK dapat membina siswa sebelum siswa tersebut menjadi anak yang bermasalah di sekolahnya.
Netty menambahkan, anak-anak di masa ini terkungkung pada fenomena BLAST, yaitu Bored (kebosanan), Lonely (kesepian), Angry (kemarahan), Stress dan Tired (kelelahan). Fenomena ini menjadi titik awal penyebab tingginya angka kekerasan. Fenomena inilah yang harus jadi acuan guru, khususnya guru BK, dalam melakukan pendekatan dengan para siswa.
Netty mengatakan bahwa anak-anak datang ke sekolah dengan latar yang berbeda-beda, baik dari status ekonomi keluarga, kondisi mental, hingga pengasuhan orangtua yang sangat mempengaruhi siap atau tidaknya anak menerima pelajaran di sekolahnya. Terlebih, anak yang datang ke sekolah sudah diwarnai kemajuan teknologi. Inilah yang membuat institusi pendidikan jadi punya nilai lebih yang strategis dalam membentuk karakter anak.
"Bagi Guru BK sangat penting untuk membangun komunikasi interpersonal dengan para murid, karena dapat menumbuhkan rasa nyaman siswa dalam berbagi masalahnya", ucap Netty.
"Tutup celah-celah yang dibuat oleh orangtua. Jadilah orangtua pengganti di sekolah," arahnya.
Mendukung apa yang disampaikan Netty, Dirjen Guru dan Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Sumarna Surapranata mengatakan, pihaknya sedang merumuskan kebijakan yang mengatur jam kerja guru di sekolah, sehingga guru harus selalu ada untuk mendampingi siswa, mulai dari siswa datang ke sekolah hingga waktunya pulang.
"Kita sedang menyiapkan kebijakan agar guru hadir di sekolah 40 jam seminggu dengan hari kerja setiap senin sampai jumat, atau 8 jam sehari," tukas Sumarna.
"Guru harus ada saat siswa mencari. Tidak ada guru yang pulang mendahului muridnya," tegasnya. (sein/hms)