Klik
Hal ini menjadi wajar, bila penilaian itu hanya didasari pandangan subjektif tanpa menerangkan dimana titik letak ketidakberhasilan secara objektif. Padahal Program Citarum Harum diatur melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2018 ini belum genap berjalan satu tahun.
"Saya rasa gubernur masih terlalu dini jika menilai kegagalan program citarum harum," ujar Eka Santosa, pegiat dan pemerhati lingkungan Gerakan Hejo, saat ditemui di Pasir Impun, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (2/1/19).
Kita juga, sambung Eka, harus memahami konteks yang disampaikan Ridwan Kamil terkait pernyataannya soal kepemimpinan dalam penanganan pencemaran di sungai Citarum. "Recovery ini kan membutuhkan waktu, karena permasalahan di Citarum sangat kompleks," ungkap Eka Santosa.
"Tapi teman teman TNI sebagai satgas citarum sudah banyak bekerja di lapangan, dengan semangat dan pendekatan budaya kepada masyarakat dalam merubah perilaku terhadap lingkungan, karena masyarakat bukanlah objek tapi harus ikut menjadi subjek dalam menangani persoalan citarum," imbuhnya.
Sementara, dengan nada kesal, Dr. Tisna Sanjaya, seniman Jabar menyampaikan, “Saya dan teman-teman seniman lainnya keur semangat ka Citarum, banyak rencana buat 2019 untuk Citarum, ku pernyataan kieu jadi haroream, Kang Emil teu ngahargaan pisan," ungkapnya.
Menurut seniman kelahiran Bandung 60 tahun yang lalu dan sering memerankah tokoh sunda, 'Si Kabayan', pernyataan Ridwan Kamil adalah blunder. Sebagai seorang Gubernur Jabar yang baru beberapa bulan dilantik, kata Tisna, seharusnya berterimakasih dan ikut bekerja langsung, lebur atas apa yang sedang dikerjakan oleh upaya-upaya Jokowi untuk Citarum, yang mangkrah di era Aher.
“Emil sudah mengeluarkan pernyataan tidak kondusif. Padahal Presiden, stafnya, aparat pemerintah serta warga sedang giat-giatnya bekerja untuk penataan Citarum. Jika dalam proses sekarang masih ada koordinasi yang kurang kurang lancar antar institusi atau kelompok-kelompok, pegiat lingkungan, aparat dan seterusnya, justru harus lebih hati-hati untuk menyampaikan pernyataan di media," jelasnya.
Sebelumnya, pernyataan Ridwan Kamil yang menyebut kegagalan program citarum dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat tanggal 30 Desember 2018 berjudul "Citarum Harum Belum Kompak", disesalkan oleh Ketua Dewan Pengawas Yayasan Citarum Harum, Profesor Dini Dewi Heniarti, (1/1/19). Menurutnya, pernyataan Ridwan Kamil dinilai sangat tidak bijak dan sangat disayangkan, karena pernyataan itu sangat mengusik perasaan pegiat lingkungan yang terdiri dari berbagai elemen, bahkan bisa menimbulkan kegoncangan kosmik.
Dini juga menjelaskan kata kegagalan Program Citarum adalah sebuah diksi yang sangat feyoratif dalam konteks sekarang. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang berdharma bhakti untuk memberi konstribusi kepada permasalahan Citarum. "Indikator apa yang telah digunakan sehingga rasanya terlalu prematur untuk menghakimi Program Citarum 'gagal'," kesalnya.
Di waktu yang berbeda salahsatu Komandan Sektor, Kol Inf Yusep Sudrajat sebagai Dansektor 21 terkait pernyataan Gubernur sekaligus Dansatgas Citarum Harum, ditanggapinya dengan sederhana. "Kalo saya kan sebagai satgas yang bekerja dan melihat langsung kondisi di lapangan, kalo saya menilai program ini berhasil atau tidak walaupun objektif tetap saja kesannya subjektif," ujar Kolonel Yusep.
Kalo ingin menilai keberhasilan, lanjut Dansektor 21, dibuat saja semisal survey atau kajian langsung ke masyarakat secara random, "biar masyarakat sendiri yang menilai dengan adanya program yang sedang berjalan ini," ujar Dansektor 21.
Yang pasti, sambung Yusep, saya dan anggota satgas di lapangan hanya bekerja sesuai tugas yang diamanahkan Perpres, "saya selalu tegaskan ke anggota, ini adalah perang kita, untuk mengembalikan ekosistem dan kelestarian sungai citarum," pungkasnya.
Bahkan, sindiran juga disampaikan oleh salahsatu penggiat dan pemerhati lingkungan, Rohimat Joker selaku Ketua Umum LSM PMPRI yang mengatakan bahwa, “Gubernur Ridwan Kamil kan baru menjabat beberapa bulan, sedangkan program Citarum Harum sudah berjalan hampir setahun, lantas fakta nyata yang dianggapnya gagal itu yang mana? Itu harus diungkapkan secara terbuka kepada masyarakat,” kata Joker yang menugaskan anggotanya ikut terjun membantu Satgas Citarum TNI membersihkan sungai dan mencari lubang pembuangan limbah siluman pabrik.
“Justru harusnya kita malu khususnya kepada anggota TNI yang datang dari jauh-jauh tapi bersemangat tinggi di lapangan bersama warga Jabar untuk beberes Sungai Citarum, meski dengan banyak keterbatasan namun sudah berbuat maksimal,” ucap Joker lagi.
“Jangan giring Sungai Citarum menjadi dagangan politik. Berlakulah ikhlas dan sungguh-sungguh, karena ini menyangkut air kehidupan puluhan juta rakyat Jabar dan Jakarta,” sindir Joker.