Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Musim Hujan Tiba, BPBD Jabar Perkuat Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi

Selasa, 19 November 2019 | 20:05 WIB Last Updated 2019-11-19T17:10:12Z
BANDUNG, Faktabandungraya.com,--- Sajak awal Nopember 2019, hujan sudah mulai mengguyur beberapa wilayah di provinsi Jawa Barat. Bahkan prakiraan cuaca dari BMPG, musim hujan di Jabar akan berlangsung sampai akhir bulan Februari 2020 mendatang.

Untuk itu, guna mengantisipasi selama musim hujan tiba, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat memperkuat Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang dan tanah longsor.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Supriyatno, dalam mengantisipasi kebencanaan, sebenarnya bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata, tetapi semua lapisan masyarakat turut bertanggungjawab terhadap penanggulangan bencana. Untuk itu, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang kebencanaan dan kesiapsiagaan, melalui pelatihan kesiapsiagaan yang selanjutnya dapat bergabung dalam wadah relawan Unit Reaksi Cepat (URC).

Demikian dikatakan Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Supriyatno dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, jalan Diponegoro No.22 Bandung, Selasa (19/11-2019).

Supriyatno mengungkapkan, BPBD Jabar mencatat ada 3.000 titik rawan bencana yang tersebar di 27 kabupaten dan kota Jawa Barat. Bahkan hingga Oktober 2019, kami mencatat ada 1.486 kejadian bencana. Yang terbanyak adalah angin puting beliung, pergerakan tanah, kebakaran rumah, hutan dan lahan serta banjir.

Untuk itu, selama musim hujan saat ini, BPBD Jabar telah bersiap diri dan berkoordinasi dengan unsur TNI, Polri, Basarnas, relawan bencana serta BPBD Kab/kota untuk meningkatkan kesiapsiagaan mengingat sejumlah bencana mulai terjadi di beberapa daerah.

Kesiapsiagaan mulai dari Sumber Daya Manusia, mempersiapkan peralatan logistik, bertujuan untuk mengurangi resiko dengan mitigasi bencana, ujar Supriyatno.

Lebih lanjut Supriyatno mengatakan, bahwa pihaknya menerima anggaran Rp 1,2 miliar yang dialokasikan untuk keperluan makanan, minuman, selimut, dan perlengkapan lainnya. Bantuan lainnya datang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp 4,9 miliar yang didistribusikan ke 27 kabupaten/kota.

Namun, untuk tahun 2020 mendatang, anggaran BPBD Jabar akan meningkat sampai empat kali lipat, karena pak gubernur ingin masyarakat yang terkena dampak bencana segera teratasi. Tahun depan Pemprov Jabar juga akan meluncurkan cetak biru sebagai buku pedoman yang nantinya kita sebarkan ke kabupaten/kota dan instansi lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebencanaan di wilayahnya," jelasnya.

“Pada 2019 anggaran belanja langsung BPBD Jabar sebesar Rp 22 miliar, dan belanja tidak langsung Rp 9,9 miliar. Sedangkan untuk 2020, ada peningkatan belanja langsung total Rp 40 miliar dan anggaran tidak langsung Rp14 miliar.

Menanggapi kenaikan anggaran bidang Logistik yang cukup signefikan, Kepala Seksi Logistik BPBD Jabar, Usep Supdana menambahkan, untuk kesiapan logistik terdapat dua tahap yaitu penguatan dan penanganan. Selain itu, antisipasi bencana banjir dan longsor juga disiapkan, termasuk petugas yang piket 24 jam.

Penguatan itu kita serahkan sebelum terjadi bencana. Jadi, tidak ada istilah terlambat. Logistik kebutuhan dasar posisinya sudah berada di kabupaten/kota. Selain itu, peningkatan anggaran logistik bertujuan untuk menambah jumlah peralatan, perlengkapan, pangan, sandang, dan berbagai paket kebutuhan korban bencana alam.

Sementara itu, Staff Data dan Informasi pada BMKG Bandung, Yan Firdaus Permadhi, mengatakan sejak awal November, Jabar akan mulai memasuki musim hujan dan akan terus berlangsung sampai Desember, diawali bagian selatan menuju utara Jabar.

Hujan sudah mulai sering turun dimulai dari Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Puncak musim hujan, katanya, diperkirakan berlangsung mulai Desember 2019 sampai Maret 2020.

"Awan tumbuh setiap hari, tapi tidak semua awan jadi hujan. Awan menyimpan panas yang dipantulkan permukaan bumi, makanya udara jadi panas akhir-akhir ini. Sama seperti saat musim kemarau yang jadi dingin, karena tidak adanya awan," tandasnya. (husein).
×
Berita Terbaru Update