![]() |
Ketua TP PKK Kota Bandung, Siti Muntamah Oded bersama ibu muda-dan anak, (foto:humas) |
Penghargaan kedua yaitu terbaik
kedua soal kinerja Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting se-Jawa Barat
untuk kategori lokus tahun pertama.
Penghargaan diberikan oleh
Sekretaris Daerah Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja secara virtual, Kamis 12
November 2020 lalu.
Pada acara tersebut, Setiawan
mengungkapkan penghargaan diberikan kepada daerah yang telah mampu menurunkan
angka stunting di wilayahnya masing-masing.
"Semoga ini menjadi motivasi
untuk semua agar bekerja lebih baik lagi," katanya
Atas penghargaan tersebut, Ketua
TP PKK Kota Bandung, Siti Muntamah Oded menyatakan, itu merupakan buah kerja
keras semua pihak di Kota Bandung. Sekaligus bukti keseriusan Kota Bandung
dalam penanganan dan penanggulangan stunting.
“Ini merupakan apresiasi atas
respon terhadap masalah stunting dari respon pemerintah,” ujar perempuan yang
akrab disapa Umi ini, Sabtu, (14/11-2020).
Umi mengungkapkan, persoalan
stunting ini menjadi instruksi prioritas dari Wali Kota Bandung yang
terintegrasi dengan program pengelolaan sampah melalui (Kurangi Pisahkan
Manfaatkan) dan menghadirkan Kawasan bebas ODF (Open Defecation Free).
“Otomatis kebijakan mulai dari
tingkat kota sampai ke tingkat kewilayahanan harus memiliki perhatian penuh.
Untuk itulah komponen kedua terkait respon political will dan anggaran
mempercepat penannggulangan stunting di Kota Bandung,” jelasnya.
Menurutnya, budaya warga Kota
Bandung yang masih hadir melalui gotong royong mampu menggerakan semua komponen
ikut terlibat.
Di samping pemerintah, lanjutnya,
PKK dan Forum Bandung Sehat (FBS) menjadi motor dengan beberapa inovasi seperti
program Tanggap Stunting Dengan Pangan Aman dan Sehat (Tanginas).
“Pertama PKK punya program
Tanginas yang memiliki 8 program di dalamnya. Salah satunya mengintervensi
secara langsung memberikan pangan aman dan sehat kepada ibu hamil, ibu
menyusui, baduta dan balitan sekaligus meningkatkan kapasitas skill bagi kader
posyandu," katnya.
"Sekaligus mengkolaborasikan dengan FBS
dengan program Bandung SAE (Sadayana Asi Eksklusif),” tambahnya.
Umi menegaskan program Tanginas
juga menggandeng pihak swasta untuk memberikan dukungan anggaran guna
mengakselerasi penanganan dan penanggulangan stunting. Sebab, dari tiga faktor
yang berkenaan dengan stunting, yakni edukasi, ekonomi dan sanitasi ini masih
memiliki sejumlah tantangan.
Sementara itu, Kepala Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, Sony Adam menuturkan
indikator penilaian untuk Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting
berdasarkan uraian data serta dokumen bukti pendukung yang diunggah secara
online.
“Aksi pertama yaitu analisa situasi. Kedua adalah rencana kegiatan. Kemudian aksi ketiga itu rembuk stunting dan yang terakhir mengenai dukungan regulasi atau peraturan kepala daerah,” jelas Sony.
Sony mengungkapkan, Dinkes Kota
Bandung telah berupaya mencegah stunting secara spesifik pada sasaran 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yakni menyasar ibu hamil, bayi dan anak usia
kurang 2 tahun.
“Secara sensitif kita
mengupayakan akses sanitasi dasar melalui STBM (Sanitas Total Berbasis
Masyarakat), penyediaan akses layanan kesehatan dan KB, edukasi terkait Gizi,
Kespro dan PHBS serta menyediakan jaminan kesehatan melalui UHC bagi seluruh
masyarakat Kota Bandung,” katanya.(asp)**