Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Terdampak Covid-19, Yadi Dari Juru Masak Kapal Pesiar, Hotel Berbintang Hingga Berakhir Buka Mie Ramen Sakatel

Minggu, 15 November 2020 | 20:16 WIB Last Updated 2020-11-15T13:17:30Z

Mie Ramen Sakatel : Harga terjangkau rasa memuaskan Konsumen 
BANDUNG, Faktabandungraya.com,--- Kasus merebaknya virus corona (Covid-19) telah
 merubah karier dan perjalanan hidup seorang Yadi Mulyadi (42). Jauh sebelum datangnya kasus virus corona, Yadi  selama 4 tahun bekerja jadi assisten juru masak di Kapal Pesiar jalur/line Asia  dan kepala juru masak di Hotel Berbintang di Jakarta dan Bali, hingga awal pertengahan bulan Maret  2020, akhirnya dirumahkan.

Menurut Yadi, sejak dirinya dirumahkan dari kepala juru masak salah satu Hotel Bintang 4 di Bali dirinya selama hampir empat bulan tidak punya aktifitas sama sakali.  Untuk makan sehari-hari keluarga terpaksa makan dari uang tabungan yang disisikan istri dari gaji saya selama bekerja di Hotel di Bali.

“Terus terang kang, saya tidak pernah menyangka, dampak virus corona sangat luar biasa dahsatnya menghantam perekonomian dunia, termasuk Indonesia”, kata Yadi saat disambangi faktabandungraya.com, di cafe mininya di jalan Pasteur Bandung, baru-baru ini.

Sembari menunggu, orderan Kwetiaw tulang punggung ala sakatel, kami sempat ngobrol-ngobrol seputar perjalan hidup Yadi dari seorang asisten juru masak kapal pesiar, beralih menjadi kepala juru masak  hotel berbintang di jakarta dan bali, dan kini menjadi pelaku UMK mengelola "Mie Ramen Sakatel".

Yadi mulai menceritakan riwayat hidupnya, menurutnya, sebelum lulus dari perguruan tinggi swasta Pariwisata Bandung jurusan  ManajemenTataboga, saya juga kuliah lagi di PTS  lain ambil jurusan bahasa Jepang.

Lulus dari PTS Pariwisata, sambil menyelesaikan kuliah Bahasa Jepang, saya nyambi bekerja di salah satu  hotel bintang 3 di Bandung, sebagai juru masak, dari tahun 2008-hingga 2010. Selanjutnya tahun 2011 hingga 2012, saya bekerja tetap di hotel Bintang 4 di Jakarta sebagai asisten kepala juru masak.

Selanjutnya pada awal tahun 2013, ada informasi dari sesama alumni Sekolah Pariwisata Bandung, bahwa ada penerimaan karyawan untuk Kapal Pesiar. Kemudian saya mencoba melamar, dan dasar milik, dari sekitar seribu pelamar yang diterima ada 80 orang. Dan Alhamdulllah, saya termasuk yang diterima,ujar Yadi.

Dikatakan, sebelum diberangkatkan dan bekerja menjadi karyawan di Kapal Pesiar, dirinya selama 3,5 bulan,  mengikuti training di Jakarta,  setelah langsung bekerja menjadi karyawan Kapal Pesiar lines Asia sebagai juru masak. Kapal pesiar tersebut ternyata pemilik adalah seorang pengusaha Jepang.

Lebih kurang 4 tahun,  terhitung sejak Juli 2013 hingga September 2017, saya bekerja di kapal pesiar tersebut, dengan jabatan terakhir sebagai asisten kepala juru masak, ujarnya.

Saat ditanya kenapa anda berhenti bekerja dari kapal pesiar ?..., terus terang kang, kalau dilihat dari gajinya sangat lumayan besar, tetapi, saya kasihan dengan anak-anak dan istri yang selalu ditinggalkan berbulan-bulan. 

Dalam setahun kita bisa pulang kerumah hanya dua kali yaitu per 6 bulan sekali selama 2 minggu, anak saya kala itu sudah ada 2 orang yang usianya masih Balita.

Rasa kangan dan rindu terhadap anak kerapkali membayangan pikiran selama bekerja di kapal pesiar, maka akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja dari kapal pesiar, ungkapnya.

Selanjutnya, pada pertengahan Oktober 2017, saya melamar kembali bekerja di Hotel berbintang di Jakarta. Dan awal Nopember, dapat panggilan dan langsung bekerja di Hotel Bintang 4 tetapi ditempatkan bukan di Jakarta malainkan di Bali sebagai Asisten Kepala Juru Masak.

Dan seiring dengan perjalan waktu, saya diangkat menjadi Kepala Juru Masak di hotel tersebut, hingga akhirnya dirumahkan pada Maret 2020 lalu oleh pihak manajemen Hotel karena dampak pandemi covid-19, Hotel sepi tidak ada wisatawan yang menginap,  ungkap Yudi.

Setelah dirumahkan apa, aktifitas yang dilakukan ?... Terus terang kang,  hampir selama 4 bulan tidak ada aktifitas dan pemasukan sama sekali, benar-benar  sekeluarga makan dari uang tabungan.

Menu " Mei Ramen Sakatel"
Kemudian saya dan istri berpikir, untuk mencari penghidupan baru, dengan berbekal pengetahuan dan ketrampilan masak dengan modal alakadarnya, kami mencoba membuka usaha kuliner masakan ala Jepang di kombinasi dengan masakan Indonesia dengan nama “ Mie Ramen Sakatel”.

Ada beberapa jenis Mie Ramen yang kami buat dengan bahan-bahan segar dan halal.  Dari segi rasa dijamin dapat memuaskan lidah konsumen. Soal harga sangat terjangkau, mulai dari harga 10K hingga 15 K.

Kenapa harganya, cukup murah ?... ya, karena disesuaikan dengan linkungan dan kemampuan konsumen, apalagi masih dalam kondisi pandemi covid-19, ujarnya.

Untuk mensosialisasikan dan mempromosikan kuliner “Mie Ramen Sakatel”, apa yang dilakukan ?...  Jaman sekarang jaman teknologi, maka saya mempromiskan Mei Ramen Sakatel melalui media sosial, baik di melalui Facebook, Instegram, Twitter maupun WhatsApp.  Dan juga saya bekerjasama dengan Grabfood dan Gofood.

Namun, mohon maaf, sampai hari ini konsumen belum bisa makan ditempat, karena tempat usaha kami masih dirumah.  Yang tidak bisa menyiapkan makan ditempat, jadi konsumen bisa pesan lewat WA atau datang, pesan, kita buatkan, lalu dibungkus dibawa pulang. Sedangkan bagi konsumen jauh, bisa pesan lewat Grabfood atau Gofood.

Lagi asyik ngobrol, ternyata pesanan saya “Kwetiaw tulang punggung ala sakatel” sudah siap. Maaf kang ini pesanannya sudah siap. Makasih ya, sudah datang dan pesan Mie Ramen Sakatel. 

“ Oh ya kang, kalau akang puas  dengan masakan Mie Ramen Sakatel tolong kasih tau rekan-rekan akang dan kalau kurang puas tolong kasih tau kami, pungkasnya. (husein).

   

×
Berita Terbaru Update