Mie Ramen Sakatel : Harga terjangkau rasa memuaskan Konsumen |
Menurut Yadi, sejak dirinya
dirumahkan dari kepala juru masak salah satu Hotel Bintang 4 di Bali dirinya
selama hampir empat bulan tidak punya aktifitas sama sakali. Untuk makan sehari-hari keluarga terpaksa
makan dari uang tabungan yang disisikan istri dari gaji saya selama bekerja di
Hotel di Bali.
“Terus terang kang, saya tidak
pernah menyangka, dampak virus corona sangat luar biasa dahsatnya menghantam
perekonomian dunia, termasuk Indonesia”, kata Yadi saat disambangi
faktabandungraya.com, di cafe mininya di jalan Pasteur Bandung, baru-baru ini.
Sembari menunggu, orderan Kwetiaw
tulang punggung ala sakatel, kami sempat ngobrol-ngobrol seputar perjalan hidup
Yadi dari seorang asisten juru masak kapal pesiar, beralih menjadi kepala juru masak
hotel berbintang di jakarta dan bali,
dan kini menjadi pelaku UMK mengelola "Mie Ramen Sakatel".
Yadi mulai menceritakan riwayat
hidupnya, menurutnya, sebelum lulus dari perguruan tinggi swasta Pariwisata
Bandung jurusan ManajemenTataboga, saya
juga kuliah lagi di PTS lain ambil jurusan
bahasa Jepang.
Lulus dari PTS Pariwisata, sambil
menyelesaikan kuliah Bahasa Jepang, saya nyambi bekerja di salah satu hotel bintang 3 di Bandung, sebagai juru masak,
dari tahun 2008-hingga 2010. Selanjutnya tahun 2011 hingga 2012, saya bekerja
tetap di hotel Bintang 4 di Jakarta sebagai asisten kepala juru masak.
Selanjutnya pada awal tahun 2013,
ada informasi dari sesama alumni Sekolah Pariwisata Bandung, bahwa ada
penerimaan karyawan untuk Kapal Pesiar. Kemudian saya mencoba melamar, dan
dasar milik, dari sekitar seribu pelamar yang diterima ada 80 orang. Dan
Alhamdulllah, saya termasuk yang diterima,ujar Yadi.
Dikatakan, sebelum diberangkatkan dan bekerja menjadi karyawan di Kapal Pesiar, dirinya selama 3,5 bulan, mengikuti training di Jakarta, setelah langsung bekerja menjadi karyawan Kapal Pesiar lines Asia sebagai juru masak. Kapal pesiar tersebut ternyata pemilik adalah seorang pengusaha Jepang.
Lebih kurang 4 tahun, terhitung sejak Juli 2013 hingga September
2017, saya bekerja di kapal pesiar tersebut, dengan jabatan terakhir sebagai
asisten kepala juru masak, ujarnya.
Saat ditanya kenapa anda berhenti
bekerja dari kapal pesiar ?..., terus terang kang, kalau dilihat dari gajinya
sangat lumayan besar, tetapi, saya kasihan dengan anak-anak dan istri yang
selalu ditinggalkan berbulan-bulan.
Dalam setahun kita bisa pulang
kerumah hanya dua kali yaitu per 6 bulan sekali selama 2 minggu, anak saya kala
itu sudah ada 2 orang yang usianya masih Balita.
Rasa kangan dan rindu terhadap
anak kerapkali membayangan pikiran selama bekerja di kapal pesiar, maka
akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja dari kapal pesiar, ungkapnya.
Selanjutnya, pada pertengahan
Oktober 2017, saya melamar kembali bekerja di Hotel berbintang di Jakarta. Dan
awal Nopember, dapat panggilan dan langsung bekerja di Hotel Bintang 4 tetapi ditempatkan
bukan di Jakarta malainkan di Bali sebagai Asisten Kepala Juru Masak.
Dan seiring dengan perjalan
waktu, saya diangkat menjadi Kepala Juru Masak di hotel tersebut, hingga
akhirnya dirumahkan pada Maret 2020 lalu oleh pihak manajemen Hotel karena
dampak pandemi covid-19, Hotel sepi tidak ada wisatawan yang menginap, ungkap Yudi.
Setelah dirumahkan apa, aktifitas yang dilakukan ?... Terus terang kang, hampir selama 4 bulan tidak ada aktifitas dan pemasukan sama
sekali, benar-benar sekeluarga makan
dari uang tabungan.
Menu " Mei Ramen Sakatel" |
Ada beberapa jenis Mie Ramen yang
kami buat dengan bahan-bahan segar dan halal.
Dari segi rasa dijamin dapat memuaskan lidah konsumen. Soal harga sangat
terjangkau, mulai dari harga 10K hingga 15 K.
Kenapa harganya, cukup murah ?... ya, karena disesuaikan dengan linkungan dan kemampuan konsumen, apalagi masih dalam kondisi pandemi covid-19, ujarnya.
Untuk mensosialisasikan dan
mempromosikan kuliner “Mie Ramen Sakatel”, apa yang dilakukan ?... Jaman sekarang jaman teknologi, maka saya mempromiskan
Mei Ramen Sakatel melalui media sosial, baik di melalui Facebook, Instegram, Twitter
maupun WhatsApp. Dan juga saya
bekerjasama dengan Grabfood dan Gofood.
Namun, mohon maaf, sampai hari
ini konsumen belum bisa makan ditempat, karena tempat usaha kami masih
dirumah. Yang tidak bisa menyiapkan
makan ditempat, jadi konsumen bisa pesan lewat WA atau datang, pesan, kita
buatkan, lalu dibungkus dibawa pulang. Sedangkan bagi konsumen jauh, bisa pesan
lewat Grabfood atau Gofood.
Lagi asyik ngobrol, ternyata
pesanan saya “Kwetiaw tulang punggung ala sakatel” sudah siap. Maaf kang ini
pesanannya sudah siap. Makasih ya, sudah datang dan pesan Mie Ramen Sakatel.
“ Oh ya kang, kalau akang puas dengan masakan Mie Ramen Sakatel tolong kasih
tau rekan-rekan akang dan kalau kurang puas tolong kasih tau kami, pungkasnya. (husein).