Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Bedi : Radikalisme dan Terorisme Adalah Bentuk Akhir Intoleransi

Rabu, 12 Januari 2022 | 08:42 WIB Last Updated 2022-01-26T01:46:30Z

Ketua Komisi I DPRD Jabar Bedi Budiman dalam acara dialok Kebangsaan (foto:humas).

BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Bedi Budiman mengapresi kegiatan Dialog Kebangsaan Dengan Forkompinda Provinsi Jawa Barat Dalam Rangka Pencegahan Pahan Radikal Terorisme di Provinsi Jawa Barat  yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

 

Kegiatan teresebut  selain melibatkan unsur-unsur pemerintahan di tingkat provinsi juga melibatkan Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

 

"Bahwa terorisme itu adalah bentuk akhir intoleransi , dari paparan yang sudah disampaikan oleh BNPT kami dari DPRD menyambut baik dan mengapresiasi dan mendukung program dari gubernur"ucap Bedi usai kegiatan yang dihelat di Gedung Sate Kota Bandung, Rabu (12/1/2022).

 

Bedi menambahkan, Provinsi Jawa Barat dengan multi etnisnya sangat nyentrik. Sebab menurutnya, jika ada pihak-pihak yang melakukan manipulasi terhadap kondisi tersebut maka akan menimbulkan kerugian bagi negara dan mengakibatkan tindak intoleran di tengah masyarakat melalui ajaran-ajaran yang tidak benar.

 

"Di Jawa Barat ini sesungguhnya adalah silih isih silih asah dan silih asuh , jadi BNPT itu bergeraknya di wilayah pencegahannya harus lebih support lagi dan melibatkan multi sektor seperti pendidikan pemerintahan desa sampai RT/RW"

 

"Lalu lembaga keagamaan semua harus bekerjasama atas 1 tujuan , saya tadi memberikan masukan terkadang politik praktis itu muncul terkadang ketika ada momentumnya”katanya.

 

Bedi menjelaskan, setidaknya ada 3 hal yang harus menjadi perhatian pemerintah saat ini dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari paparan radikalisme. Pertama bahwa saat ini terdapat ideologi yang ingin memisahkan diri dari NKRI, kedua yang paling utama di dalam pencegahan ketiga pencegahan dan penindakan.

 

“Dalam pencegahan ini kita harus fokus pada bagaimana menyelamatkan generasi muda dari paham radikalisme yang awalnya itu dari intoleransi dan fanatisme yang ditanamkan baik itu suku maupun agama. Sehingga generasi muda harus dicegah melalui Pendidikan dari para guru dan dari pendidik ,baik melalui sekolah formal maupun informal”ujarnya.

 

Ia pun mendorong, para generasi muda saat ini harus diberikan sebuah wadah atau ruang karena mereka adalah generasi yang sedang tumbuh penalarannya, dan tengah mencari sendiri sosok yang memiliki nilai atau velue.

 

“Pada saat generasi ini sedang mencari (sosok) tetapi apabila kemudian salah tempat jadilah seperti itu dan banyak faktornya. Apa yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan wadah ekspresi yang positif baik itu melalui pendidikan , seni , olahraga dan prestasi dan ini harus sering dilakukan perhatian ke generasi muda hal-hal seperti itu jadi jangan biarkan larut tanpa wadah yang jelas”paparnya.

 

“Saya juga pernah muda jadi kalau ada festival band, kompetisi olahraga ini merupakan sangat positif bagi generasi muda untuk mengukir prestasinya itu yang harus segera prefentif karena anak muda tidak hanya mencari dari media pendidikan melainkan dari internet”tambahnya.

 

Imunitas menurut Bedi harus datang dari diri sendiri karena para generasi muda bisa mencari sendiri hal seperti itu. Jka dia memiliki penanaman wawasan kebangsaan yang didapatkan dari guru di sekolah dan terutama dari orangtunya maka sang anak  otomatis akan memiliki imunitas ketika mereka mengakses informasi-informasi yang terdapat di internet atau dalam hal ini media sosial.

 

Sering dikaitkannya persoalan ekonomi yang menyebabkan seseoarng terjerumus pada paham radikalisme Bedi menilai hal tersebut tidak sepenuhnya dapat dibernarkan. Karena menurutnya tak jarang sesorang yang terjerumus pada paham radikalisme berasal dari kalangan mapan dan terdidik.

 

“Mereka yang terpapar paham radikalisme bisa saja dari kalangan mapan dan kalangan terdidik secara keserjanaan bisa jadi begitu, bisa juga masuk ke institusi pemerintahan yang notabennya menjaga kesinambungan dari NKRI”paparnya.

 

“Karena aparatur negara itu disumpah untuk setia kepada Pancasila, dan ketika mendengar kasus garut saya prihatin dan ini menjadi kesadaran bersama bahwa ideologi itu tidak pernah mati dan harus melibatkan banyak pihak dari pemerintah , aparatur dari masyarakat , ulama dan lain lain”ucapnya menambahkan.

 

Lebih lanjut Bedi menyampaikan, bahwa Jawa Barat memiliki sejarah sepak terjang  terkait kelompok Negara Islam Indonesia (NII),  yang sampai saat ini masih menjadi isu romantisme yang masih saja bisa hidup yaitu  mengenai dambaan mendirikan idealisme. Sementara itu menurutnya bahwa masyarakat sudah mengetahui bahwa konsep tersebut sudah tidak cocok dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh para pendahulu-pendahulu bangsa yaitu untuk hidup bersama dalam kebhinekaan.

 

“Seharusnya mungkin bangsa lain yang porak poranda persatuannya seperti beberapa negara di timur tengah mereka justru seharusnya mengapresiasi di Indonesia karena bisa hidup rukun walaupun suku bangsanya banyak agamanya banyak tetapi bisa hidup rukun”pungkas Bedi. (hms/sein).

×
Berita Terbaru Update