Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Rastik, Sulap Sampah Eloktronik Jadi Barang Berharga Ekonomis dan Kulit Jengkol Jadi Busana

Jumat, 21 Januari 2022 | 08:06 WIB Last Updated 2022-01-21T01:06:05Z

Rastik olah sampah elektronik jadi barang bernilai ekonomis (foto:humas).
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Anda memiliki banyak barang bekas elektronik jangan dibuang  karena barang bekas antik atau dikenal dengan Rastik dapat dikelola menjadi barang bernilai ekonomi.

Ditangan para penggiat lingkungan yang tergabung dalam Komunitas Rastik yang berlokasi di jalan Pamitran IV No 22 Cipadung Kulon Kota Bandung dibawah Founder dan Creator Rastik enie Mualifah semua rastik dapat disulap menjadibarang berharga ekonomi.

Enie Mualifah mengatakan komunitas Rastik sudah ada sejak 10 tahun silam, kita di komunitas setiap hari berkutat dalam pengolahan sampah anorganik. Di antaranya sampah plastik, logam, dan elektronik.

 “Biasanya kita dapat sampah dari warga sekitar. Tapi, kalau saat kita bikin ternyata masih kurang bahan, biasanya kita cari ke tukang rongsok,” ujar Enie.

Hasil dari prakarya ini, mereka jual melalui online. Enie mengungkapkan, banyak respon positif yang ia terima dari konsumennya.

Tak hanya personal, tapi juga dari tataran pemerintah kerap memesan karya tangan Enie dan kawan-kawan Rastik.

“Banyak yang pesan

Barang berkas jadi bernilai ekonomis ditangan komunitas Rastik (foto:humas).

Alhamdulillah. Ada dari pemerintah sekitar Bandung. Ada juga yang personal dari Kalimantan pesan karya kita,” ungkapnya.

Untuk kisaran harga, Enie menyebutkan, tergantung dari tingkat kesulitan dalam membuat pesanannya. Sebab, jika semakin rumit atau spesifik, biasanya sulit juga dalam mencari bahan baku barang bekas elektronik yang dibutuhkan.

“Kisaran harga Rp25.000 – Rp1,5 juta. Selain dari ukuran, harganya juga tergantung tingkat kesulitan bahan dan lamanya pembuatan,” ucap Enie.

“Paling mudah itu kita bisa menyelesaikan dalam waktu satu jam, seperti gelas pot, atau kerajinan yang diukir sederhana. Lalu, yang lama itu bikin lukisan, instalasi, atau wastafel. Biasanya jadi dua minggu atau 1-2 bulan,” imbuhnya.

Saat melihat beberapa karya Rastik, ada satu karya yang sangat menarik, yakni wastafel. Wastafel ini bukan terbuat dari ember, batu, atau kayu seperti yang biasa di pasaran.

Enie menceritakan, wastafel ini ia buat bersama timnya dari bahan elektronik bekas, yaitu mesin jahit manual dan monitor tabung.

“Kantor kelurahan sempat pesan wastafel ini di kami. Pembuatannya itu selama dua minggu. Waktu itu kami jual Rp1,5 juta karena memang bahannya sekarang susah dicari ya, mesin jahit manual yang pakai kaki, dan monitor tabung,” paparnya.

Bukan hanya mengolah sampah elektronik menjadi sesuatu yang antik dan unik, Rastik juga membuat busana dari bekas kulit jengkol.

Baju dari Kulit Jengkol karya komunitas Rastik (foto:humas).
Bahkan, busana ini sempat mendapatkan penghargaan dari Atalia Praratya tahun 2017, semasa Ridwan Kamil masih menjadi wali Kota Bandung.

“Waktu itu kami diundang ke acara fashion show pameran batik di Siliwangi tahun 2017. Beberapa busana yang kami buat itu dari bahan kulit jengkol dan bekas jok sofa. Alhamdulillah dapat penghargaan dari Ibu Atalia,” cerita Enie.

Enie menjelaskan, kegiatan pengolahan limbah anorganik ini juga merupakan salah satu inovasi dari Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) yang berada di bawah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Enie sangat berharap, akan semakin banyak orang yang bisa teredukasi dari hasil karyanya bersama teman-teman di komunitas Rastik ini.

“Semoga masyarakat jadi paham ya kalau sampah itu juga masih punya nilai ekonomi kalau kita bisa mengolahnya dengan cara yang tepat,” tuturnya. (din/red).

×
Berita Terbaru Update