Bapak Bangsa Indonesia Presiden RI Ir.Soekarno (foto:istimewa). |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Bulan
Juni identik dengan kelahiran Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno. Sudah jadi
rahasia umum pula, Bandung adalah bagian terpenting dalam perjalanannya.
Tak tanggung-tanggung, ada satu
perkataan Bung Karno tentang Kota Bandung yang cukup menyentuh.
“Hanya ke Bandung lah aku kembali
kepada cintaku yang sesungguhnya”, demikian ungkapan Bung Karno saat menyebut
Bandung.
Bukan sekadar menuntut ilmu lalu
menjadi pemimpin negara, Bung Karno juga meninggalkan banyak jejak di kota ini.
Humas Bandung merangkum jejak-jejaknya ke dalam beberapa tempat ini. Simak
ulasannya, yuk!
1. Rumah Ibu Inggit
Rumah Inggit Garnasih adalah rumah
yang berada di Jalan Ciateul No. 8, Bandung (sekarang Jalan Inggit Garnasih).
Rumah ini merupakan wujud penghormatan kepada seorang perempuan yang ikut
merintis kemerdekaan Indonesia, yaitu Inggit Garnasih.
Seperti diketahui, Inggit adalah
salah satu istri Presiden Soekarno. Saat itu, Soekarno muda saat itu hendak
melanjutkan sekolahnya di Bandung. Ia kemudian bersekolah di Technische
Hoogeschool atau Sekolah Teknik Tinggi yang kini jadi ITB.
Setelah menikah dengan Inggit,
keduanya tinggal di rumah ini.
Selanjutnya, rumah ini menjadi saksi
perjuangan Soekarno untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia sebelum Ia
dan Inggit Garnasih dibuang ke Flores dan Bengkulu.
Ia sering melakukan pertemuan dan
diskusi dengan kawan-kawannya di rumah ini dan berhasil membentuk Partai
Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927, Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928
dan sebagai ganti dari PNI terbentuklah PARTINDO pada 29 April 1931.
Berbagai sumber menyebut rumah ini
ditempati Inggit Garnasih dan Soekarno sejak tahun 1926 sampai dengan
pertengahan tahun 1934 yang saat itu masih berbentuk rumah panggung.
Selanjutnya, rumah tersebut
ditempati oleh Inggit untuk kedua kalinya seorang diri pada tahun 1949 sampai
tahun 1984.
2. Gedung Indonesia Menggugat
Awalnya, gedung ini merupakan tempat
tinggal Belanda yang dibangun pada 1907. Sepuluh tahun kemudian, bangunan
tersebut beralih fungsi menjadi Landraad atau Pengadilan Pemerintahan Kolonial
Belanda.
Dekade 1930-an, Landraad digunakan
untuk mengadili para pejuang kemerdekaan. Soekarno menjadi salah satu yang
diadili.
Pada saat diadili, Soekarno
memberontak dalam sidang dan melakukan pembelaan dengan judul Indonesia
Menggugat. Peristiwa tersebut sangat menggegerkan Belanda hingga akhirnya
pembelaan Soekarno tersebut dijadikan nama untuk gedung tersebut, yang masih
digunakan hingga sekarang.
Sepanjang perjalanannya, Gedung ini
mengalami beberapa perubahan fungsi. Mulai dari kantor Palang Merah Indonesia
(PMI) dekade 1950-an, Gedung Keuangan (hingga 1973), juga Kantor Dinas
Perdagangan & Perindustrian Provinsi Jawa Barat (1973-1999).
Setelah mengalami pengubahan fisik,
gedung tersebut diberi nama menjadi Gedung Indonesia Menggugat oleh Mantan
Gubernur Jawa Barat, HC Mashudi pada 2005.
Baru pada 2007, Gedung Indonesia
Menggugat (GIM), secara resmi dibuka untuk umum dan menjadi gedung cagar budaya
kelas A yang harus dirawat dan dijaga.
Saat ini, gedung tersebut digunakan
sebagai ruang berkumpul para seniman, wartawan, dan guru. Beberapa kegiatan
yang dilakukan di sana antara lain apresiasi puisi, kegiatan seni, seminar,
hingga diskusi.
3. Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung (dulu
bernama de Technische Hoogeschool te Bandung) berdiri pada 3 Juli 1920 di bawah
Pemerintah Kolonial Belanda.
Laman resmi ITB menyebut, sejak
resmi dibuka untuk tahun kuliah 1920 hingga 1921, terdaftar 28 orang mahasiswa
TH dengan hanya ada 2 orang Indonesia.
Soekarno sempat meninggalkan jejak
di kampus ini. Tercatat pada 3 Juli 1926, Soekarno menjadi insinyur dari kampus
ini. Ia masuk sebagai satu dari empat insinyur pribumi pertama di kampus ini.
Hingga saat ini, Institut Teknologi
Bandung masih jadi salah satu perguruan tinggi favorit yang ada di Kota
Bandung.
4. Penjara Banceuy
ini salah satu ruang tahanan yang pernah ditempati Bung Karno (foto:humas). |
Penjara ini identik dengan
perjalanan Soekarno dalam memproklamirkan kemerdekaan. Aktivitas Soekarno di
PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di
sini.
Berbagai sumber menyebut di penjara
itu, Soekarno menempati sel nomor 5 yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan
berisi kasur lipat juga toilet non permanen.
Pada ruangan pengap ini pula, Ia
menyusun pidato pembelaan (pledoi), yang dibacakan pada sidang Pengadilan
Hindia Belanda di Gedung Landraad (kini Gedung Indonesia Menggugat) di Jalan
Perintis Kemerdekaan (dahulu Jalan Gereja). Pledoi dengan judul Indonesie
Klaagt Aan (Indonesia Menggugat) pun menjadi terkenal.
Pada perkembangannya, tahun 1983,
bangunan Penjara Banceuy dirobohkan untuk dijadikan pertokoan yang kelak
bernama Banceuy Permai. Sementara Penjara Banceuy dipindahkan ke Jalan
Soekarno-Hatta.
Hanya satu sel bekas Soekarno dan
salah satu bagian menara pengawas dari bangunan penjara ini yang dibiarkan
tersisa hingga sekarang.
5. LP Sukamiskin
Penjara ini dibangun pada 1918 gaya
Arsitektur Eropa oleh seorang arsitek bernama Prof. CP Wolff Schoemaker.
Di penjara ini, Soekarno pernah
menghuni Kamar Nomor 1 Blok Timur Atas. Ia menjalani hukuman di salah satu sel
dari 552 sel penjara Sukamiskin.
Bung Karno ditahan karena saat itu
memiliki konflik politik dimana Ia bertentangan dengan Penguasa Belanda.
Kini, sel penjara yang pernah
ditempati Bung Karno tersebut dijadikan sebuah museum dan diberi tulisan:
“Bekas Kamar Bung Karno”.
Lapas ini juga menjadi saksi atas
lahirnya sebuah karya buku berjudul “Indonesia Menggugat” yang ditulis oleh
Bung Karno. (ray/red).