Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Komisi I Minta Maaf Terbuka, Diskominfo Jabar Enggan Minta Maaf , Begini Tanggapan Neni Nur Hayati Korban Bullying dan Dugaan Doxing

Senin, 04 Agustus 2025 | 21:11 WIB Last Updated 2025-08-04T14:12:40Z
Klik
Komisi I DPRD Jabar gelar rapat terkait korban bullying dan dugaan doxing terhadap Aktivis Demokrasi Neni Nurr Hayati



BANDUNG, Faktabandungraya.com,--- Kasus Bullying dan Doxing yang dialami oleh aktivis perempuan dan Direktur Eksekutif DEEP Neni Nur Hayati, mendapat perhatian Komisi I DPRD Jabar. Bahkan Ketua Komisi I H. Rahmat Hidayat Djati menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada Neni Nur Hayati.


“Kami atas nama DPRD Jabar sangat prihatin dan meminta maaf secara terbuka  dan mengakui kelalaian yang dilakukan oleh Diskominfo Jabar  kepada Neni Nur Hayati  yang telah mendapatkan perlakuan bullying oleh netizen yang sangat masif pasca akun resmi Diskominfo Jawa Barat membuat postingan yang dianggap Doxing”.

Permintaan maaf Ketua Komisi I DPRD Jabar disampaikan langsung dalam rapat evaluasi perlindungan hak konstitusional atas kebebasan berekspresi dan berpendapat di ruang public. Rapat dihadiri Diskominfo Jabar, Disdukcapil Jabar, KPID Jabar, KI Jabar, Setwan Jabar dan  Aktivis Demokrasi Neni Nur Hayati  (korban bullying dan dugaan Doxing) secara daring, di ruang Bamus DPRD Jabar, Senin (4/8/2025).

Dikatakan,  apa yang dialami oleh aktivis demokrasi Neni Nur Hayati bermula ketika Neni mengkritisi APBD Jabar, lalu Pemprov Jabar melalui akun resmi Instagram Diskominfo Jabar diduga melakukan Doxing sehingga mendaptkan serang bullying secara massif dari netizen. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak jangka panjang terhadap kebebasan berekspresi.

Bahkan pada kesempatan tersebut, Rahmat Djati juga membeberkan bila bullying juga kerap dirasakan oleh anggota DPRD Jabar yang kritis. Namun, para anggota dewan menganggap hal tersebut sebagai bagian dari konsekuensi dan resiko politik.

Sejumlah anggota dewan Jabar kerap menjadi sasaran bullying dengan mendapat tuduhan tidak substansial melalui direct message (DM) maupun kolom komentar, namun lembaga legislatif ini tidak langsung mengambil langkah hukum.

Akan tetapi, bila aksi bullying di media sosial menimpa masyarakat biasa dan dipicu oleh postingan akun resmi pemerintah Jawa Barat adalah sinyal yang tidak baik bagi alam demokrasi di era digital.

“Selama ini, DPRD tidak melakukan somasi atau pengaduan karena kami bagian dari pemerintah daerah. Namun, ketika Diskominfo (telah dianggap) melakukan doxing yang berdampak pada Neni, ini sudah menjadi alarm tanda bahaya,” tegas Rahmat.

Sementara itu, Kepala Diskominfo Jabar Adi Komar menyatakan bahwa instansinya telah mengambil beberapa langkah responsif, termasuk menghapus (take down) unggahan bermasalah dan menjawab somasi yang dilayangkan Neni.

 “Prinsipnya, Diskominfo tidak anti-kritik. Kami apresiasi masukan dari masyarakat, termasuk dari Ibu Neni. Kami sudah take down unggahan, menjawab somasi, dan menyayangkan serangan netizen terhadap beliau,” kata Adi.

Komisi I rapat di ruang Banmus DPRD Jabar 

Meski demikian, ia menolak dugaan bahwa Diskominfo mempekerjakan buzzer atau pegawai non-ASN untuk mengelola konten resmi. “Tidak ada buzzer. Tim kami murni ASN, baik PNS maupun P3K,” tegasnya.


Bahkan, Adi Komar juga enggan meminta maaf secara terbuka, karena merasa semua permintaan Neni Nur Hayati sudah dipenuhi oleh Pemprov Jabar .  “ Kita sudah take down dan menjawab somasi yang dilayangkan kepada Pemprov Jabar”, ujarnya.

Ditempat terpisah, lewat sambungan daring, Neni Nur Hayati mengaprisiasi Ketua Komisi I DPRD Jabar yang meminta maaf secara terbuka . Namun, Neni Nur Hayati  sangat menyayangkan permintaan maaf justru datang dari DPRD Jabar, bukan langsung dari pihak Pemprov maupun Diskominfo Jabar .

"Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Komisi I DPRD Jabar yang memiliki itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Tapi seharusnya ini dilakukan oleh Pemprov Jawa Barat," ucap Neni.

Aktivis Demokrasi juga Direktur Democracy and Reflection Empowerment (Deep) Indonesia itu, berterima kasih dan saya merasakan sekali bagaimana peran legislatif sebagai wakil rakyat hadir untuk mengakomodasi kepentingan rakyat," ujarnya.

Menanggapi penjelasan Adi Komar, Neni mempertanyakan alasan pemerintah mencantumkan fotonya dalam unggahan yang dibumbui narasi APBD.

"Mengapa harus mencantumkan foto saya? Saya beberapa kali terlibat di Komisi Informasi tingkat pusat, bahkan menjadi tim penilai. Saya sangat sepakat soal transparansi dan akuntabilitas. Kan simpel, Pak," katanya.

Neni menyarankan agar pemerintah menyampaikan data yang lengkap dan rinci, bukan justru menyasar individu. Semestinya pemerintah melindungi kebebasan berpendapat, ini hak konstitusi dan biasa dalam negara demokrasi, bukan justru membungkamnya dengan tekanan digital, kandasnya. (sen).

×
Berita Terbaru Update