Klik
Dihadapan ketiga pemilik pabrik, Dansektor menegaskan bahwa sesuai amanah Perpres 15 Th 2018 dirinya bersama anggota satgas menjaga dan mengembalikan ekosistem sungai citarum dari limbah industri dengan cara terus memantau setiap perusahaan penghasil limbah cair yang dibuang ke sungai.
"Jangan coba-coba buang lagi limbah kotor ke sungai, saya bersama anggota akan terus memantau sungai selama program citarum harum. Jadi kalo mau kuat-kuatan silahkan buang, pasti akan kami temukan," tegas Dansektor 21, Kol Inf Yusep Sudrajat, Selasa (28/8).
Para pemilik pabrik yang dikumpulkan di salah satu pabrik, PT Matahari Sentosa Jaya mencoba memberikan klarifikasi kepada Komandan Sektor 21 dihadapan awak media. Sebelum memberikan keterangan, mereka diajak untuk ikut menyaksikan pengecekan IPAL milik PT Matahari Sentosa Jaya. Di lokasi IPAL, Satgas, terutama Dansektor 21 dibuat geram karena mendapatkan kondisi IPAL di perusahaan tersebut terlihat kacau, selain menemukan limbah kotor masih terjun bebas ke sungai, bak penampungan limbah meluber ke selokan yang bermuara ke sungai. Spontan dihadapan pemilik pabrik, Kol Inf Yusep Sudrajat mempertanyakan hal tersebut dengan wajah kesal.
Andrew selaku perwakilan PT Matahari Sentosa Jaya berdalih bahwa petugas operator yang bertanggung jawab sedang tak berada di lokasi, dan ada keterlambatan obat chemical. "Ada keteledoran dari operator di IPAL, operator yang bertanggung jawab sedang tak ada di lokasi," kilahnya.
Atas peristiwa tersebut, kontan Dansektor 21 perintahkan anggotanya untuk menutup kran pembuangan limbah pabrik hingga pihak pabrik menyelesaikan insiden kekacauan operasional IPAL.
Usai menyaksikan pengecekan, Dansektor 21 mengajak para pemilik pabrik untuk berkomitmen tak akan lagi buang limbah kotor dengan meminta menandatangani surat pernyataan diatas materai, "kita masih beri kesempatan, tapi sekali lagi ditemukan buang limbah, saya akan tutup lagi," janjinya.
Sementara, Direktur PT Pangjaya Mulia, Edi Sukandar memberikan klarifikasi bahwa saat satgas menemukan pabriknya buang limbah kotor karena sedang melakukan pembersihan salah satu filter limbah, "kita sedang melakukan pembersihan bak, namun karena kurangnya pengawasan operator, limbah yang seharusnya dikirim ke bak awal tapi justru ada yang terbuang ke saluran pembuangan," ujarnya.
Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh pimpinan PT Ayoetex, Ali Gunaman yang mengakui jika ada kesalahan dari petugas operator di IPAL.
Dengan menandatangani surat pernyataan tersebut, kedua pemilik pabrik pastikan bahwa insiden buang limbah kotor tak terulang lagi