Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Fenomena Aliran Sungai Hitam, Satgas Sektor 21 Terjunkan Alat Berat di Sungai Citalugtug

Selasa, 24 September 2019 | 08:34 WIB Last Updated 2019-09-24T01:34:17Z
BANDUNG, faktabandungraya.com,--- Alat berat berupa excavator diterjunkan Satgas Citarum Harum Sektor 21 di aliran sungai Citalugtug, tepatnya di wilayah RW 02 dan RW 03 desa Tarajusari, Banjaran, Kabupaten Bandung. Hal ini dilakukan satgas citarum untuk mencari tahu penyebab fenomena aliran sungai Citalugtug yang berubah warna menjadi hitam di beberapa titik sehingga menyebabkan aliran sungai Cisangkuy sebagai muara berimbas menjadi hitam.

Akibat dari menghitamnya aliran sungai Cisangkuy yang disebabkan oleh anak sungai Citalugtug, membuat Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat dan jajaran subsektor 07 Cisangkuy bekerja keras untuk menemukan faktor penyebabnya. Sungai Citalugtug merupakan aliran sungai yang dimanfaatkan oleh 2 perusahaan sebagai media pembuangan limbah cair PT Adetex dan Papyrus Sakti Mills. Namun fenomena meng-hitam-nya aliran sungai Citalugtug terjadi setelah berjarak beberapa ratus meter dari outlet pembuangan limbah kedua pabrik.

Ditemui di lokasi sungai Citalugtug, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mengungkapkan alasan diterjunkannya alat berat selain untuk normaliasasi aliran sungai Citalugtug juga ingin memastikan apakah ada kemungkinan terdapat lubang/pipa 'siluman'pembuangan limbah industri di aliran sungai tersebut. Pasalnya fenomena perubahan warna aliran sungai menjadi hitam terjadi di sekitaran 400-500 meter setelah lokasi pabrik.

"Saya sebagai TNI (Satgas) dibilang malu ya malu, dalam dua minggu ini banyak warga yang laporan ke saya tentang kotornya sungai cisangkuy. Saya sudah paham salah bahwa sungai cisangkuy kotor disebabkan karena (anak sungai) citalugtug ini, lokasinya 400 sampai 500 meter dari pt adetex dan papyrus," ujar Dansektor 21.

Selama dalam pengawasan Satgas Citarum, "pt adetex dan papyrus keluar air (warna) normal, sampai di citalugtug ini baru (berubah) hitam dan bau. Sudah beberapa kali kita lakukan pembersihan manual dan alat berat tapi tidak ketemu, hari ini kita kerahkan lagi, kita lihat apakah ada lubang siluman atau tidak disini," ungkapnya.

Ini adalah salahsatu upaya yang dilakukan satgas untuk mencari tahu penyebab sungai cisangkuy menjadi hitam, "kalaupun tidak ada lubang siluman, sedimentasi hitam yang ada disini kita angkat semuanya," tegas Dansektor 21.

Yang kedua, kata Kolonel Yusep, saya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas LH Kabupaten Bandung dan petugas Dinas LH sudah mengambil sampel air dari beberapa lokasi sungai dan limbah dua pabrik, dan menurut informasi yang didapat Dansektor 21, "hasilnya sudah ada, pengambilan sampel limbah di papyrus cod-nya 700 jauh diatas ambang batas, kalo adetex masih masuk (baku mutu). Tapi yang menyebabkan perubahan warna disini kami belum tahu, tapi saya sekarang hanya melihat kita bereskan dulu disini, nanti setelah dibersihkan mudah mudahan bisa clear airnya atau memang ada lubang siluman disini," tuturnya.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa menerjunkan alat berat ke lokasi pengerukan dan normalisasi sungai Citalugtug bukan tanpa kendala. Namun atas komunikasi dan koordinasi yang dilakukan satgas dan dukungan perangkat dan penduduk setempat akhirnya alat berat bisa turun ke sungai.

Sementara mewakili warga, Ketua RW 03 Ade Wardiana mengatakan bahwa saya sebagai warga masyarakat disini merasa beruntung, karena dalam upaya program kegiatan ini jika dirinya mengajukan normalisasi seperti ini belum tentu bisa direalisasi.

"Ya kami sebagai warga merasa beruntung, apalagi kalo dalam program seperti ini jika saya yang mengajukan belum tentu akan terkabul," ungkapnya.

"Dengan adanya program citarum harum saya sangat berterimakasih kepada bapak tni satgas citarum harum karena sudah mau peduli seperti ini terhadap lingkungan," tambahnya.

Dirinya juga sedikit bercerita bahwa dahulu sungai citalugtug ini bermanfaat bagi warga, khususnya di RW 03 dan RW 02, desa Tarajusari. Berbeda dengan kondisi sungai saat ini.

"Kalo dulu banyak manfaatnya, bisa pake nyuci baju, air mandi, dan dipake untun keperluan sehari hari. Kalo sekarang mah jangankan buat keperluan, turun (ke sungai) juga udah gatal gatal," ujarnya yang juga di amin kan oleh Ketua RW 2 Ade Sudrajat.

"Mudah mudahan dengan adanya normalisasi ini bisa ada perubahan lebih baik, walau gak mungkin bisa balik lagi kondisinya seperti dulu, itu sudah alhamdulillah bagi masyarakat," harap mereka kompak. (Cuy)
×
Berita Terbaru Update