Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

5 Tren Digital Marketing 2020: dari Podcast hingga Instagram Filter

Rabu, 19 Agustus 2020 | 14:15 WIB Last Updated 2020-08-19T09:27:43Z
JAKARTA, faktabandungraya.com,--- (19/8/2020), Teknologi terus berkembang. Hal ini ditandai dengan lahirnya platform baru yang menuntut brand lebih kreatif dan variatif dalam memilih tempat untuk beriklan. Diambil dari kisah TikTok, pada kuartal satu tahun 2019, aplikasi ini diunggah oleh 187.3 juta pengguna, sedangkan pada kuartal 4 tahun yang sama, jumlah download aplikasi ini ditutup dengan kenaikan 15%, yaitu 219 juta pengguna. TikTok menjadi aplikasi ke-dua terbanyak diunggah di Indonesia setelah Whatsapp dengan pengguna mencapai 700 juta. Selain TikTok, Go Mobile Indonesia merangkum beberapa strategi Digital Marketing yang patut dijalankan pada tahun ini:


1. Mobile Native
Berkembangnya aplikasi pemblokir iklan otomatis membuat brand harus kreatif saat ingin menempatkan iklan di situs atau platform. Kini yang menjadi tren adalah iklan native, yaitu penempatan iklan yang menyerupai konten di dalam situs/platform. Iklan native tidak memberikan tempat tersendiri bagi iklan, namun menempatkan produk di dalam scene sehingga tidak terlalu tampak. Misalnya, di dinding rumah, latar belakang layar seluler, atau penggunaan kosmetik oleh pemain film. Brand kini mementingkan konten yang memberikan solusi bagi pengguna tanpa terlihat seperti “jualan”.


2. Audio

#Voice Assistants

Pada tahun 2023 diperkirakan asisten suara seperti Siri, Amazon, Alexa, Google Assistant, Microsoft Cortana akan berkembang hingga 8 miliar pengguna. Bisa dikatakan hal ini menjadi lapak baru dalam periklanan karena brand dapat memasang konten yang didengarkan pengguna tanpa dapat dilalui, misalnya, menyambungkan dengan teknologi GPS, yang dapat merekomendasikan restoran terdekat melalui suara.


#Podcasts

Naiknya konten Podcasts di Indonesia seperti di Spotify dan Youtube menaikkan kembali minat masyarakat terhadap konten suara seperti radio. Melalui Podcasts, banyak publik figur yang mengangkat topik-topik penting seperti kesehatan mental, tips mengelola keuangan, mengurus rumah tangga, dan kisah inspiratif. Untuk itu, Podcasts menjadi tempat yang menarik bagi brand untuk menaruh iklan karena tidak ada dalam jeda dan menyatu dengan konten. Beberapa cara yang bisa dilakukan seperti membuat jingles atau mengundang representative brand untuk memberikan pengetahuan mengenai keunggulan produk.

3. Augmented Reality

#AR-Masks

AR-Masks atau lebih dikenal filter di Instagram terbukti dapat meningkatkan reach dan juga impresi pengguna. Pengguna filter cenderung akan mengunjungi akun brand untuk mencari filter lainnya dan menyimpan yang mereka sukai. Filter yang berisi prediksi, pertanyaan umum, dan hal lucu sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia.

#Games

Ini juga salah satu bentuk filter yang mengintegrasikan wajah pengguna dengan games atau aktivitas. Misalnya, seorang pengguna seolah dapat menangkap chiki yang jatuh dengan mulut, mengedipkan mata untuk menjalankan karakter, atau membentuk sesuatu dengan menggerakkan wajah. Setiap pengguna rata-rata akan menjadi brand ambassador dari filter itu sendiri.

#Online Fitting

Semakin banyak brand kini mengintegrasikan AR dengan aplikasi untuk meningkatkan penjualan. Fitur ini membantu pengguna untuk tidak hanya melihat produk, tapi juga menentukan mana yang paling cocok untuk mereka. Strategi ini sudah digunakan oleh brand kosmetik, furniture, baju, dan sepatu.

Online Fitting sepatu di aplikasi Wanna Kicks

4. Influencer

Pada tahun 2019, banyak platform yang berkembang seperti TikTok dan Likee. Platform ini membuat perkembangan micro-influencer semakin pesat dan meningkatkan loyalitas komunitas. Konten di TikTok cenderung lebih singkat dengan kualitas pixel video minimum yang menghadirkan kreativitas dalam bentuk tarian atau fakta unik.

5. Video

Video adalah format yang sederhana dan mudah dipahami untuk semua kelompok umur. Bukan rahasia umum konten ini mendapatkan popularitas tinggi di antara masyarakat Indonesia.
Naturalness dan UGC
Pada tahun 2018, tren body positivity dan bare face makeup mulai muncul. Pengguna di media sosial telah menjadi kritis terhadap Photoshop dan hiasan realitas. Gambar yang sempurna tidak lagi menarik perhatian audiens. Oleh karena itu video POV alami dengan kamera goyang sangat populer. Orang-orang suka menjadi bagian dari apa yang terjadi dan mengintip kehidupan orang lain melalui layar. Brand mulai bekerja semakin banyak dengan UGC. Konten tersebut mendapatkan 28% lebih banyak keterlibatan daripada konten lainnya. Misalnya, Apple dan GoPro hanya memposting konten yang dibuat pengguna di akun Instagram resmi mereka.


Sumber: Instagram Apple

#HashtagChallenge
Pada tahun 2019 TikTok dan Likee menjadi sangat populer dan brand bereksperimen dengan format iklan baru – seperti hashtag challenge. Mekanismenya cukup sederhana: pengguna merekam video (seringkali dengan lagu yang khusus dibuat untuk ini), meletakkan tagar dan menyelesaikan tugas kreatif (menari, menyinkronkan bibir atau berinteraksi dengan produk merek). Sebagai imbalannya pengguna menerima jangkauan tambahan dan kesempatan untuk memenangkan hadiah. UGC adalah aspek yang sangat penting dari format ini. Untuk setiap tantangan, puluhan ribu pengguna membuat konten mereka sendiri. Keterlibatan dalam interaksi dengan brand secara positif memengaruhi citra dan loyalitas brand.

(Sumber : Go Mobile Indonesia)
×
Berita Terbaru Update