webinar "Strategi Pemenuhan Modal Inti Minimum dan Peluang Konsolidasi Bank Pembangunan Daerah" |
Hal
itu disampaikan Direktur Utama bank bjb
Yuddy Renaldi saat menjadi pembicara pada acara webinar "Strategi
Pemenuhan Modal Inti Minimum dan Peluang Konsolidasi Bank Pembangunan
Daerah", Kamis (13/10/2022). Hadir
memberikan keynote speaker Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK Bambang
Widjanarko.
Pada
paparannya, Yuddy Renaldi mengatakan, tantangan kedepan perbankan tak lepas
dari kondisi volatilitas global, tensi geopolitik, perubahan struktural yang
semakin lekat dengan layanan digital. Tantangan tersebut oleh OJK direspons
melalui roadmap pengembangan perbankan di Indonesia 2020 sampai 2025.
"Salah
satu dari roadmap itu adalah terkait penguatan aspek struktural untuk penguatan
perbankan di Indonesia. Di dalamnya berisi tentang penguatan permodalan dan
mengakselerasi konsolidasi kelompok usaha bank. Program tersebut pada intinya
perlu adanya kolaborasi antar pihak agar perbankan Indonesia semakin kuat,
" kata Yuddy.
bank bjb
telah merespons roadmap OJK dengan melakukan KUB dengan beberapa BPD di
Indonesia, diantaranya Bank Bengkulu dan Bank Sultra. Tak hanya aspek
permodalan, bank bjb juga melakukan
kerja sama layanan dengan BPD lainnya seperti Bank Jambi juga beberapa BPD
lainnya yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.
Menurut
Yuddy, KUB antar BPD penting dilakukan melihat tantangan kedepan yang kian
kompetitif. Perbankan dituntut mampu memberikan layanan cepat dan mudah melalui
channel digital. Eksklusivitas digital perbankan tergantung dari seberapa kuat
ekosistem digital yang dimiliki. Semakin banyak dan lengkap layanan digital
yang dimiliki makan akan semakin baik.
"Namun
ini membutuhkan modal yang besar. Sedangkan layanan digital harus segera
dilakukan, karena digitalisasi ini adalah sebuah keniscayaan atau mandatory
yang harus dilakukan untuk menghadapi bisnis ke depan, " beberapa Yuddy.
Keunggulan
bank digital adalah bisa menjangkau nasabah secara lebih luas dan tidak
terbatas ruang dan waktu dengan
menggunakan teknologi informasi. Di sisi lain, gaya hidup masyarakat akan
semakin digital di mana hampir semua kebutuhan masyarakat akan dipenuhi dengan
memanfaatkan layanan digital mulai dari
belanja, hiburan, hingga permasalahan keuangan.
"Keunggulan
bank digital semakin besar ketika bank tergabung dalam sebuah ekosistem.
Semakin besar dan lengkap ekosistem digital yang terkoneksi dengan bank
digital, semakin unggul bank digital tersebut, " katanya.
Menurut
Yuddy, BPD di Indonesia memiliki peluang besar menjadi perbankan besar yang
memiliki kekuatan secara nasional dan daerah. Semua pemerintah daerah memiliki
BPD dengan kekuatan konsumer di daerahnya. Namun potensi ini belum tergarap
maksimal karena BPD masih sendiri sendiri berdasarkan wilayahnya.
BPD
memiliki peran yang besar terhadap perbankan ke depan. BPD tak lepas dari
pengelolaan keuangan APBD yang nilainya lebih dari Rp1000 triliun. BPD juga
bisa menjalin kerja sama komunitas yang terkait dengan pemerintah daerah.
BPD
juga selalu menunjukkan pertumbuhan positif. Total aset BPD mencapai Rp907
triliun. DPK dan kredit juga terus tumbuh. Secara umum, BPD terus tumbuh yang
artinya BPD memiliki peluang ke depan.
Yuddy
meyakinkan, BPD kedepan akan semakin kuat dengan menjadi ekosistem dan
konsolidasi perbankan. Model kerja sama antar BPD bisa dilakukan melalui enam
langkah. Diantaranya kerja sama manajemen risiko, bidang jaringan dan layanan,
bidang kredit, bidang SDM, bidang teknologi informasi dan bidang treasury.
Sementara
itu, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK Bambang Widjanarko mengatakan,
KUB adalah Bank yang berada dalam satu kelompok karena keterkaitan kepemilikan
dan/atau Pengendalian yang terdiri dari dua Bank atau lebih.
"Manfaat
KUB ini bisa memenuhi permodalan BPD setelah disuntik oleh bank induk. Bisa
juga kerja sama layanan, IT, juga potensi pengembangan dan akselerasi bisnis di
daerah tertentu, " imbuh dia.(*/red).