![]() |
Gubernur Jabar KDM pada kegiatan “Jabar Istimewa Ngariung di Balai Sawala Yudistira “ di Kab. Purwakarta |
Selain menambah beban orang tua,
kegiatan study tour yang diselenggarakan oleh pihak sekolah , mempertimbangkan
keselamatan peserta didik . Hal inni mengingat sering terjadi kecelakaan pada
kegiatan study tour.
Gubernur Dedi Mulyadi yang akrab disapa
KDM ini juga menganggap study tour lebih
bersifat wisata daripada edukasi. Bahkan berdampak kesenjangan sosial yang
mungkin muncul di antara siswa yang tidak bisa mengikuti study tour karena alasan
biaya.
Bagi sekolah yang tidak mengindahkan atau melanggar kebijakan Gubernur KDM, sudah ada beberapa kepala sekolah Negeri (SMA dan SMK Negeri) langsung dipecat, seperti di Depok, Bogor , Bekasi.
Selain melarang kegaiatan studi tour,
Gubernur KDM juga melarang pihak sekolah
membuat kegiatan wisuda pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan
usia dini, pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan menengah.
Penegasan larangan study tour dan
Wisuda ini, disampaikan kembali oleh Gubernur KDM dalam kegiatan “Jabar Istimewa Ngariung di
Balai Sawala Yudistira “ di Kab. Purwakarta, Jumat (21/3/2025).
KDM juga mengapresasi pihak sekolah
yang mematuhi kebijakan dengan tidak atau membatalkan kegiatanstudy tour dan
Wisuda.
"Terima kasih atas semangat
kepala sekolah dan para guru, sudah saya ampuni seluruh kesalahan, jangan
diulangi lagi. Pajak saja saya ampuni, apalagi dosa kepala sekolah,"
ungkap Gubernur.
Kebijakan tersebut ditindaklanjuti
dengan penandatanganan surat pernyataan dari perwakilan kepala sekolah untuk
berkomitmen mematuhi Pergub yang ada oleh 155 kepala sekolah.
Selain itu, Gubernur mendorong agar
pembelajaran di sekolah mengoptimalkan pembelajaran secara manual. Menurutnya,
menulis pelajaran secara manual dapat meletakkan kerangka berpikir yang setelah
ditulis akan lebih terekam di otak.Peserta kegiatan “Jabar Istimewa Ngariung di Balai Sawala Yudistira “ di Kab. Purwakarta
"Saya katakan, kalau nanti ada
SD, SMP, SMA yang (pembelajarannya) menulis lagi di papan tulis dengan kapur,
jangan bully sebagai ketertinggalan. Namun, itulah (proses) pembentukan
karakter manusia Jabar untuk masa depan. Di ruang kelas harus diperbanyak
menulis dan menyanyi karena itu membangun keriangan di kelas," tuturnya.
Gubernur juga memiliki sudut pandang
baru mengenai kenaikan kelas. Ia menilai, tolok ukur kenaikan kelas bagi para
siswa harus dimatangkan kembali.
"Tidak naik kelas bukan hanya
tentang nilai akademis, tapi anak yang melawan kepada ibu-bapaknya juga tidak
boleh naik kelas. Melawan, artinya pengen beli motor, pengen mobil, pengen HP
yang bagus, anak seperti ini jangan naik kelas!" tegasnya.
Kegiatan tersebut dihadiri pula oleh
Sekretaris Daerah Jabar, Herman Suryatman, Kepala Dinas Pendidikan Jabar, Wahyu
Mijaya serta seluruh pejabat struktural Disdik Jabar. (*/sein).