![]() |
Ketua Fraksi PDIP DPRD Jabar, Dr.Hj.Ineu Purwadewi Sundari, Didampingi Ono Surono, ST (Wakil Ketua DPRD Jabar, Sekretaris Fraksi Dr.H.Tom Maskun |
Namun, nyatanya, masih banyak Pekerjaan
Rumah (PR) yang harus dibenahi dan tingkatkan menuju Jabar Istimwa. terutama sector
Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Perekonomian, dan kesejahteraan. Untuk itu, Fraksi PDI Perjuangan menyoroti PR
yang harus diberesi oleh pemerintah (Gebernur dan DPRD).
Ketua Fraksi PDIP Dr.Hj.Ineu Purwadewi
Sundari, S.Sos, MM menegaskan dalam menyelesaikan PR Provinsi Jabar, pada
prinsipnya, DPRD Jabar khususnya Fraksi PDIP sangat mendukung program pembangunan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Jabar. Namun, pada saat pembahasan program dan
anggaran hingga persetujuan terhadap
Perubahan APBD Jabar 2025, tidak mengikuti dan tidak hadir dan bahkan tidak memberikan persetujuan.
Adapun alasan Fraksi PDIP tidak hadir dan tidak menyetujui Perubahan APBD Jabar 2025, diantaranya, sebagai berikut :
Pembahasan perubahan APBD Jabar 2025, ternyata sudah dilakukan oleh Gubernu Jabar sebanyak 8 kali perubahan, bahkan sudah ada program berjalan dengan jumlah anggaran Rp.5,I triliun. Perubahan anggaran ini, hanya berdasarkan perubahan Peraturan Gubernur, tanpa melibatkan DPRD Jabar.
![]() |
Ketua Fraksi PDIP Dr.Hj.Ineu Purwadewi Sundari |
“APBD Jabar 2025 disahkan dalam bentuk
Peraturan Daerah, namun, oleh Gubernur, seenaknya dirubah sebanyak 8 kali hanya
bersardakan Pergud dan Surat Edaran dari Kemendgari. Padahal secara hierarki Paraturan
Perundang-undangan kedukanan Perda lebih
tinggi drajatnya dibandingkan Pergub ataupun Surat Edaran. Jadi Perda di Perda dibatalkan oleh Pergub.
Hal ini tentu tidak benar, maka soroti secara tajam”,
Demikian dikatakan Ketua Fraksi PDIP
Dr.Hj. Ineu Purwadewi Sundari dimpingi Sekretaris Fraksi Dr.H. Tom Maskun, dan Wakil Ketua DPRD Jabar Ono
Surono, ST dan anggota Fraksi PDIP, kepada
wartawan di ruang Fraksi PDIP DPRD Jabar, Selasa, (19/8/2025).
Ono Surono menambahkan, bahwa ada 24
program daftar usulan Perbuahan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) tahun
2025, setelah kita cermati, ternyata dari 24 usulan tersebut, memang tidak ada anggaran
hibah kepada Pondok Pesantren. Padahal di Medsos Gubernur KDM menyampaikan
bahwa akan dialokasi anggaran sebesar
Rp.135 milyar pada Perubahan APBD Jabar 2025. Tetapi pada kenyataannya Hiivaah Popes di hilangkan alias dicoret dan
diganti Program Beasiswa Santri sebesar Rp.10 milyar.
Lebih lanjut Ono Surono mengatakan, sector
Pendidikan, Gubernur KDM mengeluarkan kebijakan menambah jumlah rombongan
belajar (Rombel) menjadi 50 siswa perkelas. Kebijakan ini, belum pernah dikaji,
sehinga berdampak terhadap sekolah-sekolah swasta yang pada saat SPMB lalu,
bayak sekolah swasta tidak mendapatkan siswa baru.
Kurangnya siswa baru di sekolah
swasta, akhirnya forum sekolah swasta dan Forum kepala sekolah Swasta mengajukan
gugatan ke PTUN Bandung. Ini juga jadi sorotan Fraksi PDIP, ujar Ono.
Ditempat yang sama, Ketua Komisi II
DPRD Jabar Bambang Mujiarto, ST (Anggota
FPDIP) mengatakan, dalam setiap pembahasan penyusunan program dan anggaran di 9 OPD mitra Komisi II, kita sudah berjuang , agar anggaran Sektor
Perekonomian mendaptkan penambahan alokasi anggaran. Namun, ternyata anggaran sector perekonomian
tidak pernah labih dari 2 persen dari total APBD, yang diperuntukan untuk 9 OPD.
Komisi II membidangi Perekonomian,
yang cukup benyak menyerap tenaga kerja, baik itu dari UMKM, Kepariwisataan,
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan. Namun, dalam pengalokasian
anggaran sangat kecil. Padahal, bidang
pereokonomian sangat mendukung dalam program ketahanan pangan, dan mengurangai
angka pengangguran, termasuk juga dalam mendukung program MBG (Makan Bergizi
Gratis)., ujarnya. Pimpinan dan anggota Fraksi PDIP DPRD Jabar
Sebelum mengakhiri, Ineu menambahkan
bahwa, Fraksi PDIP menilai Gubernur Jabar belum sepenuhnya mempunyai semangat
membangun Jawa Barat dengan melibatkan seluruh stakeholder yang meliputi
Pemerintah (Gubernur dan DPRD), Masyarakat, Akademisi, Dunia Usaha dan Media,
yang sering disebut Pentahelix.
Gubernur seakan-akan berjalan sendiri
tanpa mempedulikan aspirasi, masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk
menjadikan Jawa Barat Istimewa, ujarnya.
“Kami mempunyai harapan,
program/kegiatan Pemprov Jabar yang disusun dan didanai oleh APBD TA 2026 mendatang
dapat dilakukan perencanaan yang memenuhi aspek Teknokratis, Partisipatif,
Politis, Top down dan Bottom Up serta melibatkan stakeholder yang tergabung
dalam Pentahelix. Serta Pembahasan RAPBD TA 2026 harus merujuk pada RPJMD Jabar
yang sudah di-Perda-kan, tandasnya. (sein).