![]() |
| Komisi IV DPRD Jabar diskusi dengan warga terkait penutupan tambang andesit di wilayah Kab Bogor (foto:dok. ist). |
Anggota Komisi IV DPRD Jabar, H. Zulkifly Chaniago, menegaskan bahwa
peninjauan ini dilakukan untuk menyerap aspirasi sekaligus mendengar keluhan
warga di tiga kecamatan yang selama bertahun-tahun bergantung pada aktivitas
tambang. Menurutnya, dampak penutupan tambang terlihat sangat jelas di
lapangan.
“Kami melihat langsung banyak sentra ekonomi masyarakat terpaksa
berhenti total. Di Cigudeg, Parungpanjang, hingga Rumpin, aktivitas warga
benar-benar mati. Ratusan warung tutup,” ujar Zulkifly.
Ia mengungkapkan, hasil diskusi dengan warga menunjukkan bahwa penutupan
tambang tidak hanya memukul perekonomian, tetapi juga memicu berbagai persoalan
sosial. Meningkatnya kriminalitas, ancaman perceraian, hingga anak-anak yang
putus sekolah menjadi fenomena yang kini muncul di wilayah tersebut.
“Fakta di lapangan menunjukkan tingkat kriminalitas meningkat, ancaman
perceraian tinggi, bahkan ada anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah karena
orang tuanya kehilangan mata pencaharian,” jelasnya.
Politisi senior Partai Demokrat Jabar tersebut menambahkan bahwa
masyarakat sebenarnya tidak menolak kebijakan pemerintah. Namun, mereka
berharap solusi yang ditawarkan lebih konkret dan menyentuh akar masalah.
Menurut warga, bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan stimulan tidak cukup
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
“Masyarakat menyampaikan, bukan mereka tidak butuh bantuan. Tetapi jika
dana itu dialokasikan untuk memperbaiki atau membangun jalan tambang, persoalan
utama bisa teratasi. Sebab seluruh aktivitas ekonomi mereka bergantung pada
keberadaan tambang,” kata Zulkifly.
Pertemuan antara Komisi IV DPRD Jabar dan warga berlangsung di Kantor
Kecamatan Parungpanjang. Dalam dialog tersebut, anggota dewan juga membahas
kemungkinan evaluasi ulang terhadap operasional tambang dengan tetap
mempertimbangkan aspek keselamatan dan dampak lingkungan.
Zulkifly menambahkan, apabila hasil evaluasi menunjukkan adanya tambang
yang layak beroperasi kembali, pihaknya mendukung usulan Gubernur Jawa Barat
untuk menurunkan batas tonase kendaraan tambang dari 30 ton menjadi 8 ton.
“Kami setuju dengan Pak Gubernur. Jika tambang dibuka kembali, tonase
kendaraan harus dibatasi agar tidak merusak jalan dan lingkungan sekitar,”
pungkasnya. (sein/syaf).
