Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Aher Minta Seluruh Sekolah Di Jabar Ramah Anak

Kamis, 21 Desember 2017 | 18:49 WIB Last Updated 2017-12-23T11:22:49Z
BANDUNG, FAKTABANDUNGRAYA,---Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, sebenarnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah sejak lima tahun lalu menginginkan agar SMA/SMA dapat dikelola oleh provinsi. Hal ini, karena, ingin lebih leluasa dalam mengatur mekanisme dan anggaran untuk menciptakan sekolah ramah anak.

“Alhamdulillah, sejak Januari 2017 alih kelola SMA/SMK kewenangannya sudah ditangan Pemerintah Provinsi. Dengan demikian, tentunya kita akan lebih focus dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang berkualitas dan merealisasikan sekolah ramah anak”, kata Gubernur Aher saat Launching Sekolah Ramah Anak (Sekolah tanpa kekerasan SMA terbuka, dan SMK PJJ) Tahun 2017, di Gedung Bhayangkara, Kota Bandung, Kamis (21/12).

Aher juga mengatakan, bahwa ia sudah meminta Kepala Dinas pendidikan Jabar Ahmad Hadadi untuk menciptakan seluruh sekolah di Jabar khususnya SMA/SMK sederajat termasuk juga SMA Terbuka dan SMK PJJ agar menerapkan Sekolah Ramah Anak dan menjadi sekolah rumah kedua bagi peserta didik.

Namun, tentunya tidak bisa dilakukan sekaligus tetapi secara bertahap dan saya optimis tidak terlalu, seluruh sekolah di Jabar dapat menerapkan Sekolah Ramah Anak, harap Aher.

Sekolah, kata dia, saat ini bukan hanya tempat transfer pengetahuan dan transfer keterampilan dari guru ke murid saja. Pada saat yang sama juga sekolah harus menjadi tempat dimana terjadi transfer nilai yang didalamnya terkandung moral dan akhlak oleh guru ke murid. Agar, sekolah di Jabar punya keunggulan, paling tidak keunggulan moral.

"Karena itu tidak terkait sarana prasarana dan teknologi, moral itu dibutuhkan kecanggihan sikap dan perilaku," katanya.

Lebih lanjut Aher mengatakan, guru yang berkualitas akan menciptakan suasana yang nyaman dan tentram pada siswa, sehingga proses transfer ilmu pengetahuan dan juga nilai akan berjalan efektif. Karena kualitas belajar mengajar muaranya tetap ada pada kualitas guru di sekolah.

"Kita semua tahu, tidak akan ada manusia unggul dan cerdas tanpa ada peran guru," katanya.

Adapun terkait dengan dilaunchingnya SMA Terbuka dan SMK Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), Aher meyakini akan mampu menampung anak didik lebih besar lagi. Jika sebelumnya ada anak usia sekolah yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku sekolahan, maka dengan sekolah terbuka, akan sangat memungkinkan menampung lebih banyak peserta didik.

"Nanti sekolah negeri atau swasta akan menjadi induk dari sekolah terbuka ini, tenaga pengajarnya juga akan dilakukan dari guru yang mengajar di sekolah induk," katanya.

Aher pun menjamin, kualitas sekolah terbuka akan memiliki kualitas yang sama dengan sekolah konvensional pada umumnya. Sehingga tidak ada kualitas 'KW', ujarnya.

Inovasi dan kreatifitas Pemprov Jabar dengan membuka SMA Terbuka dan SMK PJJ merupakan provinsi pertama di Indonesia, untuk itu, kita harus bangga dan harus kita buktikan bahwa kualitas lulusan SMA Terbuka atau SMK PJJ memiliki kualitas yang sama dengan sekolah konvensional, ujarnya.
Sementara itu, ditempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi mengatakan, saat ini lebih dari 36 ribu peserta didik sudah bersekolah di sekolah terbuka. "Tiga puluh enam ribu itu sudah proses belajar mengajar, sudah satu semester, bahkan sudah dibagi rapot," katanya.

Hadadi mengatakan, pihaknya secara bertahap akan merealisasikan sekolah ramah anak. Salah satu yang dilakukannya, adalah membagikan buku pedoman kepada setiap sekolah, tentang bagaimana penyelenggaraan sekolah ramah anak yang baik.

"Sudah kita bagikan, tadi secara simbolik, nanti semua sekolah akan mendapatkannya, isinya tentang bagaimana cara guru dan murid dalam aktifitas belajar mengajar yang ramah anak," katanya.

Bahkan kita juga sudah memberikan modul pembelajaran bagi peserta didik maupun tenaga kependidikan untuk sekolah SMA Terbuka dan SMK PJJ, karena pola belajar mengajar di SMA Terbuka maupun di SMK PJJ, tentunya tidak sama, bahkan waktu belajar juga tidak setiap hari seperti sekolah konvensional, tandasnya. (sein).
×
Berita Terbaru Update