![]() |
H.Andri Heryanto, ST, M.A.P, MT Sekretaris Dinas SDA Provinsi Jabar |
Sekretaris Dinas SDA, H.Andri
Heryanto, ST, M.A.P, MT mengatakan, walaupun beberapa bulan belakangan ini,
kita tengah menghadapi kondisi pandemi covid-19, namun kita tetap konsisten
melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum terutama penataan ruang
sub sumber daya air (SDA).
“ Sesuai dengan kewenangan dan fungsi yang dimiliki Dinas SDA Jabar, tentunya kita memiliki indikator kinerja disamping indikator yang diberikan pak Gubernur yaitu indeks penggunaan air (IPA) dan juga kita berupaya untuk mencapai “Embung Juara” untuk kebutuhan indeks air sesuai dengan ketersediaan air yang ada dalam menjaga ketahanan pangan di Jabar dan kebutuhan air baku di Jabar”.
Demikian dikatakan Sekdis SDA
Jabar, Andri Heryanto saat dihubungi faktabandungraya.com melalui telepon
selulernya, Jum’at (2/-10-2020).
Dikatakan, di provinsi Jawa Barat
memiliki 6 wilayah sungai dimana ada 4 kewenangan pusat tetapi kita juga ada
kita didalamnya, yaitu Cimanuk-Cisanggarung; Citarum; Ciliwung-Cisadane dan Citanduy.
Sedangkan dua wilayah sungai yang menjadi keweangan penuh Dinas SDA Jabar yaitu
Cisadea- Cibareno; dan Ciwulan Cilaki.
Dengan cukup luasnya kewenangan wilayah Sungai tentunya, Dinas SDA Jabar mempunyai sasaran strategis dengan empat (4) indikator. Yaitu teridir dari pertama : Indikator penggunaan air untuk kapasitas penggunaan air; kedua : peningkatan kinerja irigasi; ketiga : Peningkatan kualitas kelembagaan Sumber Daya Air dan keempat : pelayanan infrastruktur pengendalian daya rusak air.
Untuk indikator kinerja pelayanan air, dengan tujuan untuk meningkatkan indeks kinerja sistem irigasi (IKSI), dimana infrastruktur irigasi itu sangat besar asetnya, baik itu aset pengelolaan pusat maupun provinsi termasuk irigasi Kabupaten/ kota maupun desa.
Aset irigasi ini sangat penting
untuk dijaga dengan perimbangan biaya yang cukup terbatas, meskipun
sesungguhnya membutuhkan biaya yang cukup besar. Tapi bangaimana upaya, inovasi dan inisiatif kita ini dapat kita
pertahankan . Agar kondisi irigasi dan
bangunan yang ada tetap dapat dipertahankan, ujar Andri.
Dalam IKSI ada beberapa item yang berkaitan dengan kelembagaan irigasi
yang merupakan mitra kita yaitu para petani yang tergabung dalam P3A (Perkumpulan
Petani Pemakai Air) atau Gabungan P3A (GP3A) dan atau Induk P3A (IP3A). Jadi
disinilah kita dengan pendanaan yang ada kita dapat memelihara jaringan irigasi
tersebut diserahkan kepada mereka.
Manfaatnya apa ?... mamfaatnya
akan terasa sangat banyak sekali, diantara para gabungan petani ini merasa
diterima dan diakui kembali oleh Dinas SDA Jabar dalm bidang subbidang
SDA. Karena mereka tahu betul yang mana
saja jaringan irigasi yang rusak perlu diperbaiki segera/ didahulukan. Sehingga
kebutuhan air akan tetap terpenuhi untuk petak sawah petani. Dengan demikian, mereka tentunya turut
menjaga juga bersama-sama dengan staf OP maupun dengan petugas pintu air,
jelasnya.
Andri menambahkan, bahwa Staf
petugas pintu air ada sekitar 1000 orang lebih yang dibayar oleh APBD Jabar dan
2.000 orang lebih yang dibayar oleh APBN,
sehingga organiasi pengelolaan jaringan irigasi (OP) dan kelembagaan P3A
dan GP3A dapat terjalin dengan baik. Karena terus terang kondisi infrastruktur irigasi
yang ada di Jabar sebanyak 40% dalam kondisi rusak.
Adapun terkait hasil peninjauan
Komisi IV DPRD Jabar di kab. Kuningan yang menemukan pintu air terbuat dari
gedebong pisang ?.. Andri membenarkan
bahwa memang itulah kondisi yang ada dilapangan, ini bagian dari 40% yang
kondisi rusak. Namun demikian, kita tetap berupaya untuk meningkatkan kinerja
layanan irigasi (IKSI), hal ini karena keterbatasan anggaran. Sedangkan biaya untuk memperbaiki jaringan
dan pintu air membutuhkan biaya cukup besar, jelasnya.
Lantas, apa upaya Dinas SDA
Jabar dengan keterbatasan anggaran?... menurut
Andri dengan keterbatasan anggaran tentunya kita pengajak para petugas OP yang
ada dilapangan dengan P3A/ GP3A untuk turut serta memelihara. Dengan harapan keterbatasan biaya bisa cukup.
Kalau tidak cukup bangaimana ?...
Ya, tentunya dengan koordinasi dan kerjasama yang baik dilapangan, insya Allah
dapat diatas.
Apakah ada rencana Dinas SDA
Jabar mengajukan pendanaan dengan pola multiyears untuk perbaikan seluruh pintu
air yang rusak ?... Andri mengatakan, wacana itu sudah pernah kita bahas dengan
Komisi IV DPRD Jabar, untuk merehab tuntas jaringan irigasi membutuhkan biaya
sekitar sebesar Rp.600 milyar lebih.
Lebih lanjut Sekdis SDA Jabar ini
mengatakan, Dinas SDA Jabar memiliki peran penting dalam menjaga dan memenuhi
ketahanan pangan Jabar, untuk itu kerja kita ini dimulai dari komisi irigasi provinsi . Dimana fungsi Komisi
Irigasi provinsi selain mencatat kerusakan infrastruktur irigasi yang ada
tetapi juga mencatat kegiatan operasi jaringan irigasi atau menyuplai kebutuhan
air untuk persawahan.
Komisi Irigasi Provinsi sudah
menyampaikan ke Pemerintah Jabar dan sudah dikeluarkan keputusan Gubernur Jabar
tentang pola tanam dan rencana tata tanam irigasi, baik itu DI yang berada di bawah kewenangan
provinsi atau pusat maupun DI kewenangan pusat yang berada di wilayah Jabar
seperti Perum Jasa Tirta II.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
wilayah Karawang, Bekasi, Subang dan Indramayu merupakan lumbung padi Jabar
dan Nasional. Untuk itu, dengan biaya yang ada untuk biaya pemeliharaan (OP)
dan diimbangi dengan biaya rehabilitasi irigasi, kita pertahakan agar ketahanan
pangan tetap terjaga dengan baik.
Sementara terkait, berapa
idealnya biaya OP dan rehabilitasi jaringan irigasi, Andri mengatakan, biaya OP
terikat dengan bagaimana kita menyelusuri irigasi yang akan tercantum dalam
angka kebutuhan operasi dan pemeiliharaan.
Dari enam wilayah sungai tersebut , daerah irigasi ( DI ), memiliki luas areal layanan yang berbeda beda dan panjang saluran juga berbeda beda, tentunya biaya yang dibutuhkan juga berbeda
Andri mencontohkan, DI Cigasong, DI Cirasea, Cibalagung, DI Pedati ini dibawah kewenangan provinsi, dan kewenangan pusat seperti DI Jatiluhur; DI Lakok Utara, DI.Cikaranggeusan, DI Ciletuh, DI Cihea
Namun, lagi-lagi anggaran
terbatas, tetapi kita tetap berupaya merujuk indikator-indikator yang kita
berdayakan dan utamakan. Diantara dengan melakukan pemeliharaan berkala yang
dibantu oleh mitra kita ( P3A atau GP3A),
sehingga para petani turut serta menjaga kondisi jaringan air agar tetap
befungsi. Jadi tidak hanya dari Dinas
SDA Jabar semata, ujarnya.
Andri juga mengatakan, dalam
menjaga dan memenuhi indeks kebutuhan air tentunya kita harus menjaga kegiatan
konservasi di daerah hulu-hulu bendung kita tetap baik, baik itu di sungainya,
situnya, embung maupun danau untuk tetap terjaga kapasitas menampung air.
Untuk meningkatkan pelayanan
irigasi kita tingkatkan pemeliharaan yang lebih baik, baik dikerjakan oleh rekanan
maupun masyarakat (partisipatif).
Dan hal yang cukup penting juga,
untuk meningkatkan kelembagaan kualitas SDA yang harus terus disinergitaskan
dan berupaya mengatasi kendal-kendal yang ada di SDA. Dan sekarang dalam
kondisi musim kering menginjak musim penghujan, bagaimana kita dengan tanggap
bersama stakeholder yang lainnya dibawah
leadership BPBD Jabar untuk siap mitigasi atau pengendalian daya rusak air,
baik banjir maupun lonsor, tandasnya. (husein).