![]() |
Wali kota BAndung M. Farhan |
Menurutnya, kreativitas bukanlah hal baru di Bandung, namun baru
sekarang mulai terbentuk sebagai industri yang memiliki ekosistem
berkelanjutan.
"Kalau kreatifnya mah kreatif, ekonomi kreatifnya ada, tapi bahwa
sekarang menjadi sebuah bentuk industri ini ya bisa kita harapkan lahir dari
sini, dari Agate, dari ITB Innovation Park," ujar Farhan di sela kegiatan
Indonesian Women in Game Beauty Play Connect di Agate Bandung, Sabtu 5 Juli
2025.
Menurut Farhan, langkah penting yang harus dilakukan pemerintah adalah
menciptakan ekosistem yang memungkinkan insan kreatif mengembangkan potensinya
dan masuk ke arus utama industri.
Ia menyadari, industri kreatif memiliki spektrum yang luas dan
membutuhkan dukungan dari hulu ke hilir.
Salah satu inisiatif strategis yang sedang dikembangkan Pemkot Bandung
adalah penyediaan tempat arsip khusus untuk hak kekayaan intelektual
(intellectual property/IP) yang bisa diakses oleh pelaku industri kreatif
secara resmi.
“Saya lagi berusaha mengembangkan bersama-sama dengan Dinas Arsip dan
Perpustakaan sebagai tempat pengarsipan semua hak atas kekayaan intelektual.
Jadi nanti kita akan buka pendaftaran, sok didaftarkan. Siapa pun yang nanti
mengklaim bahwa saya punya IP, itu disimpannya di kearsipan Kota Bandung. Jadi
resmi,” jelas Farhan.
Ia menambahkan, sistem pengarsipan ini tidak hanya sebagai bentuk
dokumentasi, tapi juga sebagai pengakuan hukum yang kuat bagi pemilik karya
atau inovasi.
“Iya betul. Ide-ide bagian ini kita koleksikan. Kalau ada yang klaim
sepihak, kita bisa lihat dokumen resmi di kearsipan,” imbuhnya.
Namun Farhan menekankan, pembangunan tidak boleh hanya mengejar digitalisasi atau kemasan futuristik semata, melainkan juga memperhatikan aspek dasar seperti infrastruktur dan lingkungan yang layak.
Ia menyebutkan bahwa salah satu tantangan besar adalah permasalahan
banjir di kawasan timur Bandung yang menjadi lokasi beberapa pusat industri
kreatif baru. Seorang anak sedang mencoba games
Untuk itu, Pemkot Bandung akan bekerja sama dengan BBWS (Balai Besar
Wilayah Sungai) untuk mengelola sungai-sungai seperti Derwati dan Cisaranten
agar tidak menimbulkan penggenangan.
Selain pengelolaan lingkungan, Farhan juga menyoroti pentingnya
aksesibilitas menuju kawasan industri kreatif.
“Selama ini, jalan ke sini biasanya teh macet. Harus dipermudah
aksesnya. Walaupun tidak ada di anggaran kita, kita sedang menyiapkan skema
pendanaan lewat Land Based Finance,” jelasnya.
Skema Land Based Finance (LBF) memungkinkan pemerintah memanfaatkan aset
tanah sebagai jaminan untuk mendanai infrastruktur, tanpa membebani APBD.
“Pendanaannya bukan dari pemerintah, tapi dari pihak swasta yang
terlibat. Kita ciptakan ekosistem yang saling dukung,” jelas Farhan. (rob/red).