![]() |
Ketua Komisi II DPRD Kota Bandung H. Aries Supriyatna, S.H., M.H., menjadi narasumber di diskusi Radio PRFM, Bandung, Kamis, 7 Agustus 2025. (foto:Humpro) |
Pelarangan karya wisata ini menyeruak
dari usulan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM). Polemik pun muncul terkait
keluhan orang tua dan di sisi lain dampak pada pariwisata.
Aries menilai study tour masih
bermanfaat dilakukan bila tujuannya murni didasarkan pada pendidikan luar
sekolah, ketimbang sekadar jalan-jalan. Pada poin ini ia mendapat banyak
keluhan dari orang tua yang keberatan dengan biaya study tour. Di sisi lain, ia
pun memahami adanya perputaran ekonomi di sektor pariwisata imbas dari
kebijakan pelarangan study tour.
Sebagai solusi, Aries mengusulkan
pendekatan yang lebih terukur untuk menyeimbangkan kepentingan pendidikan dan
ekonomi. Ia menyarankan agar pemerintah mengalokasikan anggaran untuk membiayai
study tour bagi siswa tidak mampu, dengan fokus pada kegiatan yang berkorelasi
dengan peningkatan kualitas pendidikan.
"Bagi yang tidak mampu, disubsidi
oleh pemerintah. Study tour harus dipilih hanya untuk kegiatan yang punya
korelasi dengan pendidikan, bukan sekadar jalan-jalan ke pantai," ujarnya.
Aries juga menyoroti pentingnya
pengawasan supaya tidak lagi muncul kebijakan sekolah yang memunculkan
diskriminasi bagi siswa yang tidak mampu ikut serta. Bahkan, sempat ada
kebijakan sekolah yang dikeluhkan orang tua karena harus tetap membayar meski
tak bisa ikut, atau menggantinya dengan tugas yang membebani siswa.
Menurut Aries, kebijakan pelarangan
study tour merupakan respons terhadap keluhan masyarakat, khususnya dari
keluarga siswa yang tidak mampu. Ada pula kondisi ketika orang tua memaksakan
diri untuk membiayai study tour demi anak mereka, meskipun secara finansial
sulit.
"Banyak keluhan dari siswa-siswa
yang tidak mampu. Kadang-kadang, kalau anak itu dalam posisi sulit, satu sisi
orang tuanya tidak mampu, tetapi walaupun dirinya dibebaskan untuk tidak ikut,
sebagai seorang anak ada tekanan sosial yang akhirnya berbalik ke orang
tuanya," ujarnya.
Namun, Aries juga menyoroti sisi lain
dari kebijakan ini, yaitu dampak negatifnya terhadap sektor pariwisata dan
ekonomi lokal. "Study tour itu ternyata mempunyai dampak positif terhadap
wisata dan perekonomian, seperti UMKM, transportasi, dan sebagainya. Pelarangan
ini menimbulkan reaksi karena ada bagian masyarakat yang terdampak,"
katanya.
Aries menyoroti penurunan aktivitas
ekonomi di destinasi wisata populer seperti Museum Geologi. "Sebelum ada
kebijakan ini, jalan di sekitar Museum Geologi penuh dengan bus. Para pedagang
UMKM juga ramai karena ada kerumunan. Tetapi sekarang sepi," katanya. Ia
menambahkan, study tour sebetulnya memiliki nilai pendidikan, seperti kunjungan
ke Museum Geologi yang memberikan pengetahuan tentang dinosaurus dan dunia
geologi kepada siswa.
Aries meminta Pemerintah Kota Bandung
agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan. Kebijakan yang akan
dikeluarkan harus didasarkan pada kajian yang komprehensif, sehingga tujuan dan
dampaknya bisa terukur. Sebab, pemerintah punya tugas melindungi masyarakat,
bukan menambah masalah baru. (Editor/red).