![]() |
| Dinas SDABM Kota Bandung sedang memperbaiki di salah satu ruas jalan |
Hingga pertengahan Oktober ini,
realisasi penanganan jalan telah mencapai 26,53 kilometer atau sekitar 89,65
persen dari total target yang ditetapkan.
Hal tersebut disampaikan oleh
Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DSDABM Kota Bandung, Sandi Suhendar, saat
ditemui dalam sesi wawancara mengenai progres pembangunan infrastruktur jalan
di Kota Bandung, Jumat, 17 Oktober 2025.
“Untuk tahun 2025 ini, sesuai
dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), kami menargetkan penanganan jalan sepanjang
29,52 kilometer. Sampai saat ini realisasi overlay dan perbaikan jalan sudah
mencapai 26,53 kilometer. Jadi masih ada sekitar 3 kilometer lagi yang sedang
kami kebut hingga akhir tahun,” ujar Sandi.
Dari total ruas jalan yang
direncanakan, sebanyak 266 ruas masuk dalam daftar penanganan tahun ini. Hingga
kini, 165 ruas telah terealisasi, sementara 101 ruas lainnya masih dalam proses
pengerjaan.
Beberapa ruas besar yang telah
selesai di antaranya Jalan Ir. H. Juanda (Dago), Batu Nunggal, Pahlawan, dan
Cemara. Ruas-ruas tersebut termasuk dalam kategori jalan protokol dengan
tingkat mobilitas tinggi, sehingga menjadi prioritas utama perbaikan tahun ini.
“Kalau yang besar-besar itu di
antaranya Dago, Batu Nunggal, Pahlawan, dan Cemara. Semua sudah selesai.
Sisanya kami terus kejar agar seluruh target bisa tuntas sesuai jadwal,”
jelasnya.
Dalam proses pelaksanaan, DSDABM
mengakui terdapat sejumlah tantangan teknis dan nonteknis yang mempengaruhi
progres pekerjaan. Faktor cuaca menjadi salah satu hambatan utama, terutama
menjelang musim hujan yang dapat mengganggu proses pengaspalan.
Selain itu, pemanfaatan ruang milik
jalan (rumija) yang tidak semestinya juga turut menjadi kendala. Banyak ruas
jalan yang sebagian lahannya digunakan untuk parkir liar atau aktivitas usaha
warga, yang berdampak pada kualitas pengerjaan dan hasil akhir perbaikan.
“Aspal itu sangat dipengaruhi oleh
suhu dan kondisi cuaca. Belum lagi di lapangan sering kali kami temui jalan
yang dijadikan tempat parkir, sehingga kepadatan lapisannya tidak maksimal,”
ungkap Sandi.
“Ada juga kendala teknis seperti
kondisi saluran di bawah badan jalan yang kadang ambrol atau rusak, dan itu
memerlukan penanganan tambahan,” tambahnya.
Menurut Sandi, keberhasilan
pembangunan infrastruktur jalan tidak hanya ditentukan oleh pemerintah, tetapi
juga membutuhkan dukungan aktif dari masyarakat dalam menjaga dan memelihara
hasil pembangunan.
“Sebagus apa pun jalan yang kita bangun, tanpa dukungan masyarakat untuk menjaga dan memelihara-misalnya dengan tidak menutup saluran air atau memanfaatkan bahu jalan untuk parkir liar-maka daya tahannya akan berkurang,” tuturnya.
.jpeg)
Dinas SDABM Kota Bandung sedang memperbaiki di salah satu ruas jalan
Ia menjelaskan, jalan dan saluran
air merupakan dua elemen yang saling memengaruhi. Genangan air dapat merusak
struktur jalan, sementara kebersihan lingkungan turut menentukan umur
infrastruktur.
“Kami berharap masyarakat ikut
menjaga kebersihan saluran dan tidak memanfaatkan jalan untuk hal-hal yang
tidak semestinya, seperti berdagang atau parkir sembarangan. Koordinasi dengan
pihak utilitas juga penting agar tidak ada penggalian tanpa izin,” tuturnya.
Selain meningkatkan konektivitas
dan keselamatan pengguna jalan, program penanganan jalan DSDABM juga diharapkan
mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan
memperkuat aspek keindahan kota.
“Infrastruktur jalan yang baik
mendukung kelancaran pergerakan barang dan jasa, meningkatkan keselamatan,
serta memperindah wajah Kota Bandung,” ujar Sandi menutup pernyataannya.
Dengan sisa waktu dua bulan hingga
akhir tahun anggaran, DSDABM optimistis dapat mencapai target 29,52 kilometer
penanganan jalan dan menutup tahun 2025 dengan capaian kemantapan jalan
mendekati 90 persen di seluruh wilayah Kota Bandung. (ziz/red).
