Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ike : Disdik Jabar Siap Sukseskan Program Inovasi Pendidikan

Jumat, 18 Januari 2019 | 18:49 WIB Last Updated 2019-01-21T11:55:05Z
Kadisdik Jabar DR.Ir.Hj. Dewi Sartika, MSi  (foto: JMG)
Jabar, faktabandungraya.com,--- Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat DR Ir Hj Dewi Sartika MSi (Ike), mengatakan Dinas Pendidikan Jabar beserta jajaran menyambut baik dan siap menjalankan program-program inovasi bidang Pendidikan yang telah diluncurkan oleh Gubernur Ridwan Kamil (Emil).

Menurut Kadisdik Jabar , Hj. Dewi Sartika yang akrab disapa Ike ini, mengatakan sampai saat ini ada beberapa program inovasi yang telah diluncurkan pak Gubernur Ridwan Kamil, diantara : Program Ngabring ka Sakola; Program Jabar Masagi; Program Sekoper Cinta; Program Kolecer dan Candil; Program Jabar Quick Response; Program Jabar Saber Hoax.

Beberapa inovasi tersebut, semua berkaitan dengan bidang Pendidikan tetapi tentunya tidak semua ada di Dinas Pendidikan menjadi tanggungjawab Disdik , namun ada yang menjadi tanggung jawab OPD lain. Tetapi tentunya, kita selaku stake holder bidang pendidikan tentunya berkewajiban juga untuk mendukung suksesnya program yang berkaitan dengan pendidikan.

“Intinya kita siap dukung dan mensukseskan semua program yang berkaitan dengan bidang pendidikan yang telah diluncurkan pak Gubernur Emil”, kata Ike saat bincang-bincang dengan Jabar Media Grup di ruang kerjanya Jl Rajiman No.6, Bandung, Jumat (18/1/2019).

Dikatakan, program yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) disdik Jabar adalah Jabar Quick Response (Jabar QR), Ngabring ka Sakolah (Ngabaso), Jabar Masagi, Street Library (Kolecer dan Candil) dan Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta).

NGABASO

Untuk program Ngabring ka Sakolah (Ngabaso), Ike menjelaskan bahwa program yang diluncurkan Gubernur Emil karena terkait dengan hak anak, bagaimana hak anak terpenuhi, tetapi didampingi oleh orangtua.

"Sekarangkan ngobrol itu menjadi sesuatu yang sangat jarang gitu ya, karena ada HP gitu, yang jauh bisa didekatkan, tetapi jangan lupa yang dekat juga bisa dijauhkan," ungkapnya.

Ngabring ka sakolah atau ngabaso diharapkan agar orangtua bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah, tetapi tidak usah sampai ke sekolah, sepuluh atau duapuluh menit sebelum sampai ke sekolah, orangtua sudah bisa pulang kembali ke rumah.

Yang ingin didapatkan dari kegiatan tersebut adalah kualitatime, atau ngobrol seorang anak bersama orangtua, dalam perjalanan ke sekolah.

"Jadi disitu, anak bisa bercerita apapun, entah itu keluhan, entah itu keinginan, entah itu harapan dan sebagainya, antara orangtua dan anak," jelasnya. Kegiatan ini terang Ike, untuk semua mulai dari tingkat PAUD sampai SMA.

Ike juga menjelaskan, ada empat nilai utama yang diinginkan Gubernur Emil dengan adanya program Ngabaso, yaitu kekuatan fisik si anak, kecerdasan akal anak, ahlak dan nilai-nilai spiritual.

Mengingat kegiatan tersebut butuh kekuatan fisik yang prima. orangtua juga harus memperhatikan konsumsi makanan bagi anak-anaknya.

"Kalau bahasa dulu 4 sehat 5 sempurna, kalau sekarang B2SA, beragam, bergizi, seimbang dan aman," ungkapnya.

Program Ngabaso, jelas Ike, juga sangat sejalan dengan program-program inovasi Gubernur Emil yang lainnya, yaitu program Jabar Masagi.

JABAR MASAGI

Sedangkan program Jabar Masagi, pak Gubernur Emil menginginkan anak usia sekolah memiliki karakter. Tentunya, harus ada materi-materi pelajaran yang ditanamkan, seperti budi pekerti (kearifan lokal). Namun, mengingat Jabar cukup luas dan masing-masing wilayah punya nilai-nilai kearifan lokalnya sendiri maka tak boleh ada penyeragaman.

Di Jabar secara budaya terbagi menjadi tiga yaitu budaya Priangan, budaya Cirebon, dan budaya Betawian. Lantas pertanyaannya, wilayah mana saja yang masuk Budaya Betawian diantara Depok, Bekasi, Bogor dan sebagainya. Karena lebih dekat ke Jakarta tentunya memiliki kearifan lokal dan budaya Betawian.

Sedangkan yang berada di wilayah Cirebon, Indramayu dan Majalengka tentunya kearifan lokalnya lebih ke Cirebonan. Sementara yang masuk kewilayah Priangan, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Garut, Bandungraya.

Untuk itu program Jabar Masagi itu harus disesuaikan dengan kearifan lokal dan budaya yang ada diwilayah masing-masing, jelas Ike mantan Kadis Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar ini.

"Jadi saya rasa, mereka harus menemukan, dan bentuk kegiatan memang ada di kita, kegiatannya lebih kepada silabus-silabusnya nanti kita akan tetapkan berdasarkan masukan-masukan di lokal, baik itu dari KCD, dari disdik, dan tentu saja masyarakat-masyarakat, atau mitra yang terkait dengan pendidikan," tambahnya.

Lebih lanjut Ike mengatakan, yang diharapkan dari program Jabar Masagi adalah bagaimana Jawa Barat mempunyai manusia yang Masagi. Yaitu, masyarakat Jabar mampu merasakan, merasakan itu surti gitu ya, memahami itu harti, jadi ada surti, harti, melakukan bukti, kemudian dia hidup bersama, hidup bersama itu bakti, kira-kira seperti itu," katanya.

"Atau ada juga bahasa lain, merasakan itu rasa, memahami karsa, melakukan itu karya, hidup bersamanya itu ada dumandi, nyatalah gitu ya, jadi itu bahasa yang luar biasa, punya value, punya nilai," tambahnya.

Semua itu, nanti akan dijabarkan, bentuknya seperti apa, dan modulnya seperti apa, solusinya harus seperti apa, dan kepada siapa. "Tahapannya mungkin ada TOT (training of trainers)," katanya.

Setelah itu, baru baru nanti akan disosialisasikan kepada sekolah-sekolah, mulai dari Provinsi, Kabupaten/ Kota. Tahapan-tahapan ini harus kita rancang dan susun secara terstruktur. Kemudian baru kita tuangkan dalam bentuk buku pelajaran yang memuat kearifan lokal di wilayah masing-masing.

Misalkan, kearifan lokal Betawi tidak biasa diterapkan di Cirebon maupun di Priangan, begitu sebaliknya. Jadi harus diterapkan di iwlayah masing-masing, kandasnya. (husein).
×
Berita Terbaru Update