Klik
BANDUNG, faktabandungraya.com,--- Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Maritim, TB Haeru Rahayu memastikan bahwa 2 tahun program percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum, Satgas Citarum tidak tidur dan masih semangat.
"Kami tidak tidur, kami tetap semangat. Persoalan di lapangan itu selalu muncul, kita coba terus antisipasi sebaik mungkin," ujarnya saat ditemui seusai Rapat koordinasi Satgas Citarum, di Posko Satgas DAS Citarum,
Jalan Ir. H. Juanda (Dago) No.358, Bandung, Jumat (8/11/19).
Agenda utama dalam rapat koordinasi kali ini fokus pada pembahasan, yakni penguatan koordinasi penyamaan prosedur operasional standar (SOP) penanganan pencemaran limbah Industri dan Penataan KJA. Hal ini menindaklanjuti hasil evaluasi 2 (dua) tahun program percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum, serta dalam rangka penguatan koordinasi dan kinerja Komandan Sektor di lapangan.
Tb Haeru Rahayu mengungkapkan bahwa, dirinya selalu percaya dengan filosofi, "batu jika ditetesi air setiap hari, pagi, siang, dan sore, hingga malem, seminggu, sebulan, hingga bertahun tahun lama lama legok (pecah) juga," ungkapnya.
Mewakili Kemenko Maritim sebagai tim pengarah program citarum, dirinya menginginkan hal yang cepat, tapi dinamika di lapangan selalu ada. "Pengennya sih kita cepat, tetapi kelihatannya memang masih..," jedanya. "Kami ini kan tim pengarah, saya selalu katakan saya ini kadang kadang over step, tetapi kelihatannya memang harus kita lakukan," tegasnya.
"Supaya temen temen dari satgas dan konsituen yang terkait stakeholder nya juga, (menyadari) oh, iya ternyata kita masih dianggap lambat," tambahnya.
Ukurannya sederhana, lanjut Tb Haeru, 2 tahun saya pikir kita sepakat, "kalau dua tahun masih itu, masih (ada) persoalan berarti belum berubah. Ini baru satu, belum lagi lahan kritis, dan beberapa (pencemaran) lagi, jadi satu satu kita selesaikan, jadi itu maksud kedatangan kita kali ini," tuturnya.
Dua tahun penanganan pencemaran limbah industri, dirinya mengungkapkan bahwa awalnya kita ingin ada strategi shock teraphy, setelah itu harapannya semua (industri) berjalan dengan baik penataan dan seterusnya. "Tapi setelah kita lihat di lapangan, sepertinya shock teraphy ini kami anggap belum maksimal, masih ada limbah industri (kotor) dibuang by design atau sengaja, artinya bisa saja (perusahaan) yang bersangkutan belum tersentuh, atau sudah tersentuh tapi memang attitude nya yang belum mau berubah," ungkapnya.
Shock teraphy yang dilakukan satgas dengan cara melokalisir (menutup) lubang pembuangan limbah, "saya lihat sudah dilakukan semua sektor, cuma mungkin intensitasnya yang berbeda, style (gaya) dansektor juga menentukan," ujarnya.
"Makanya saya minta pak kasdam ya, kenapa saya mengundang pak kasdam, karena dari sisi hirarki pangkatnya bintang satu (Brigjen). Harapannya beliau bisa lebih mengkonsolidasikan kolonel kolonel sebagai dansektor itu, kalo pak aster mungkin walau sama sama kolonel tapi dia lebih muda ewuh pakewuh (sungkan)," jelasnya. (Cuy)
"Kami tidak tidur, kami tetap semangat. Persoalan di lapangan itu selalu muncul, kita coba terus antisipasi sebaik mungkin," ujarnya saat ditemui seusai Rapat koordinasi Satgas Citarum, di Posko Satgas DAS Citarum,
Jalan Ir. H. Juanda (Dago) No.358, Bandung, Jumat (8/11/19).
Agenda utama dalam rapat koordinasi kali ini fokus pada pembahasan, yakni penguatan koordinasi penyamaan prosedur operasional standar (SOP) penanganan pencemaran limbah Industri dan Penataan KJA. Hal ini menindaklanjuti hasil evaluasi 2 (dua) tahun program percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum, serta dalam rangka penguatan koordinasi dan kinerja Komandan Sektor di lapangan.
Tb Haeru Rahayu mengungkapkan bahwa, dirinya selalu percaya dengan filosofi, "batu jika ditetesi air setiap hari, pagi, siang, dan sore, hingga malem, seminggu, sebulan, hingga bertahun tahun lama lama legok (pecah) juga," ungkapnya.
Mewakili Kemenko Maritim sebagai tim pengarah program citarum, dirinya menginginkan hal yang cepat, tapi dinamika di lapangan selalu ada. "Pengennya sih kita cepat, tetapi kelihatannya memang masih..," jedanya. "Kami ini kan tim pengarah, saya selalu katakan saya ini kadang kadang over step, tetapi kelihatannya memang harus kita lakukan," tegasnya.
"Supaya temen temen dari satgas dan konsituen yang terkait stakeholder nya juga, (menyadari) oh, iya ternyata kita masih dianggap lambat," tambahnya.
Ukurannya sederhana, lanjut Tb Haeru, 2 tahun saya pikir kita sepakat, "kalau dua tahun masih itu, masih (ada) persoalan berarti belum berubah. Ini baru satu, belum lagi lahan kritis, dan beberapa (pencemaran) lagi, jadi satu satu kita selesaikan, jadi itu maksud kedatangan kita kali ini," tuturnya.
Dua tahun penanganan pencemaran limbah industri, dirinya mengungkapkan bahwa awalnya kita ingin ada strategi shock teraphy, setelah itu harapannya semua (industri) berjalan dengan baik penataan dan seterusnya. "Tapi setelah kita lihat di lapangan, sepertinya shock teraphy ini kami anggap belum maksimal, masih ada limbah industri (kotor) dibuang by design atau sengaja, artinya bisa saja (perusahaan) yang bersangkutan belum tersentuh, atau sudah tersentuh tapi memang attitude nya yang belum mau berubah," ungkapnya.
Shock teraphy yang dilakukan satgas dengan cara melokalisir (menutup) lubang pembuangan limbah, "saya lihat sudah dilakukan semua sektor, cuma mungkin intensitasnya yang berbeda, style (gaya) dansektor juga menentukan," ujarnya.
"Makanya saya minta pak kasdam ya, kenapa saya mengundang pak kasdam, karena dari sisi hirarki pangkatnya bintang satu (Brigjen). Harapannya beliau bisa lebih mengkonsolidasikan kolonel kolonel sebagai dansektor itu, kalo pak aster mungkin walau sama sama kolonel tapi dia lebih muda ewuh pakewuh (sungkan)," jelasnya. (Cuy)