Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Fave Hotel Braga Bandung Pamerkan Hasil Karya Seni Komunitas Pecinta Anak Spesial

Minggu, 13 Desember 2020 | 15:05 WIB Last Updated 2020-12-14T08:33:57Z


BANDUNG, faktabandungraya.com,--- Fave Hotel Braga tampilkan hasil karya kreatifitas seni dari Komunitas Pecinta Anak Special (KPAS). Berbagai jenis karya, mulai dari karya lukis dan karya kriya akan dipamerkan selama satu Minggu (12-18 Desember 2020).


Rita Yulianti selaku Financial Controller Fave Hotel Braga Bandung, mengatakan bahwa ini merupakan dukungan dengan memberikan ruang untuk memperkenalkan karya seni dari anak-anak special (Anak Berkebutuhan Khusus).

"Untuk memperkenalkan lebih dekat kepada tamu hotel dan pengunjung pada umumnya, bahwa anak-anak spesial ini mempunyai karya yang luar biasa," ujarnya.

Fave Hotel Braga Bandung berharap agar karya dari anak-anak spesial ini dihargai dan diakui keberadaannya dengan karyanya yang sangat luar biasa ini," pungkasnya.

Sementara, Adi mewakili KPAS (Komunitas Pencinta Anak Spesial) menyebutkan bahwa komunitas ini terbentuk atas spirit dan semangat juang orangtua untuk mengembangkan minat bakat anak berkebutuhan khusus.

"Yang jelas kemunculan komunitas ini berada sejak anak mereka lahir, itu dasar nya. Dideklarasikannya ini sebagai komunitas sekitar 2-3 tahun ke belakang, di Tahun 2017 menjadi Komunitas Pecinta Anak Spesial," terangnya.

Hasil Karya dari Anak Berkebutuhan Khusus KPAS, sudah pernah mengikuti berbagai macam pameran, mulai dari tingkat daerah hingga pameran tingkat nasional.

"Proses pameran kita pernah diundang ke Jakarta, goes to campus, acara-acara di sekolah. Kemarin pameran seniman nusantara di Garut," ujarnya.

Dikatakan Adi, KPAS juga pernah dibawa oleh Prof Setiawan Guru Besar ITB yang juga sebagai Penasehat KPAS. "Kami ikut bersama pameran beliau dan seluruh kampus seni seluruh Indonesia. Temen-temen (KPAS) karya nya masuk," tuturnya.

Bahkan, hasil karya lukis KPAS pernah lolos urutan 50 besar dalam lomba tematik Corona (Covid-19).

"Karya temen-temen pernah ikut pada saat awal pandemi lalu. Dena namanya, itu bisa lolos nyampe 50 besar dari 1.000 peserta," ungkapnya.

Hasil karya yang dihasilkan dari KPAS dipersiapkan untuk standar kelayakan produk yang ketat, "usaha produk kami (bisa) diuji, kalo emang gak layak ya gak layak. Kami gak mau menjual, dalam tanda kutip kemiskinanan (ketidakberdayaan) tadi. Kita akan berupaya mencapai (produk) yang layak itu seperti apa," jelasnya.

"Jadi kita gak mau terjebak pada referensi publik yang mengakomodir kita pada kemiskinan (ketidakberdayaan). Itu yang saya bilang tadi, temen-temen di sini punya nilai juang yang sangat luar biasa, itu yang publik harus tau," ungkapnya.

"Di sini kami tidak menjual ketidakberdayaan, kawan-kawan ini sangat luar biasa, penuh spirit, fighting, dan itu menjadi motivasi buat kawan-kawan (publik) di luar sana, buat kita semua," pungkasnya. (Cuy)
×
Berita Terbaru Update