Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pengurangan Dana TKD, DPRD dan Pemprov Jabar Revisi Program Kerja dan Anggaran Berdasarkan Skala Prioritas

Senin, 27 Oktober 2025 | 23:59 WIB Last Updated 2025-10-27T17:00:34Z
Klik
Wakil Ketua DPRD Jabar H.M.Q.Iswara juga Ketua Umum PPM Jabar

 
BANDUNG, Faktabandungraya.com — Kebijakan pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan yang memangkas Dana Transfer ke Daerah (TKD) ke seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia berdampak signifikan terhadap keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Provinsi Jawa Barat sendiri mengalami penurunan Dana TKD sebesar Rp2,458 triliun, sehingga total APBD Jabar tahun 2026 turun dari semula Rp31 triliun menjadi Rp28 triliun. Kondisi ini membuat seluruh program dan anggaran yang telah disusun sebelumnya harus direvisi.

Wakil Ketua DPRD Jabar, H. M. Q. Iswara, mengungkapkan bahwa DPRD dan Pemprov Jabar melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kini tengah melakukan revisi menyeluruh terhadap rancangan APBD 2026.

“Anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya tidak lagi valid karena adanya penurunan Dana TKD. Maka, DPRD bersama TAPD dan seluruh OPD melakukan efisiensi anggaran, termasuk di Setda dan Setwan Jabar,” .

Demikian dikatakan  Iswara dalam acara Dialog Wakil Rakyat yang diikuti pengurus PPM Jabar dan Kab/kota di Jabar beserta undangan lainnya, di rooftop Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro No. 27 Bandung, Senin (27/10/2025).

Menurut Iswara, efisiensi dilakukan di hampir semua lini. Di lingkungan DPRD Jabar misalnya, seluruh kunjungan kerja ke luar provinsi seperti ke Bali, Yogyakarta, maupun daerah lain dihapuskan, termasuk kunjungan ke luar negeri. “Belanja makan-minum rapat juga dikurangi, belanja alat tulis kantor (ATK) dipangkas, dan pembahasan Raperda kini tidak lagi menggunakan kertas, melainkan berkas digital dalam bentuk PDF,” jelasnya.

Kendati demikian, tunjangan komunikasi intensif bagi anggota dewan tetap dipertahankan, meski turut mengalami penyesuaian karena efisiensi.

Iswara menegaskan bahwa seluruh program dan anggaran yang direvisi akan disusun berdasarkan skala prioritas, terutama program yang selaras dengan kebijakan nasional Presiden Prabowo Subianto, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), pendidikan, kesehatan, Sekolah Rakyat, dan Koperasi Merah Putih.

“Fokus kami adalah memastikan anggaran daerah mendukung program strategis nasional. Karena itu, jangan heran jika seluruh APBD kabupaten/kota di Jawa Barat juga akan mengalami penurunan pada 2026,” ujarnya.

Lebih lanjut, Iswara menjelaskan bahwa dampak penurunan TKD akan berbeda pada setiap daerah, tergantung besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Daerah dengan PAD tinggi seperti Kota Bandung, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi relatif tidak terlalu terdampak. Namun, daerah dengan PAD rendah seperti Garut, Kuningan, Majalengka, Kota Banjar, dan Kota Tasikmalaya akan mengalami tekanan anggaran yang signifikan.

Iswara bersama pengurus PPM Jabar dan Kab/kota se Jabar 


“Bagi daerah yang PAD-nya kecil, sementara kebutuhan belanja tinggi, tentu kondisi ini berat. Karena itu, banyak daerah dengan PAD rendah kini mendatangi Kemendagri untuk meminta tambahan alokasi TKD,” terangnya.

Untuk Provinsi Jawa Barat sendiri, PAD mencapai Rp19,9 triliun dari total APBD Rp28 triliun, menjadikan posisi fiskal Jabar tergolong kuat dibanding provinsi lain. “Ada provinsi yang PAD-nya hanya Rp1 triliun tapi APBD-nya Rp12 triliun. PJadi, kita masih lebih baik,” kata Iswara.

Ia juga menyebutkan, Dana Alokasi Umum (DAU) Jabar turun dari Rp4,4 triliun menjadi Rp3,3 triliun, dan Dana Bagi Hasil (DBH) menurun tajam dari Rp2,3 triliun menjadi Rp830 miliar.

“Artinya, kondisi keuangan Jawa Barat saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Maka, kita harus kreatif mencari peluang di luar APBD,” tegasnya.

Iswara mendorong masyarakat dan pelaku usaha untuk turut mengambil bagian dalam program pemerintah pusat, terutama program Makan Bergizi Gratis (MBG). “Misalnya, ikut menjadi penyedia bahan pokok, atau mengelola SPPG (Sentra Produksi Pangan Gizi). Apalagi bagi yang memiliki lahan, bisa menyiapkan produksi 2.000–3.000 porsi per hari,” tuturnya.

Ia berpesan agar seluruh pihak yang terlibat tetap menjunjung integritas, kualitas, dan keamanan pangan, serta tidak mengambil keuntungan berlebihan yang dapat menurunkan mutu gizi makanan bagi anak-anak penerima manfaat.

“Program MBG ini adalah amanah besar. Jadi, jangan dikotori oleh kepentingan pribadi. Pastikan kandungan gizi dan proteinnya tetap sesuai dengan standar pemerintah,” pungkas Iswara. (Sein/FBR)

×
Berita Terbaru Update